2020 Tahun Kelam Pariwisata dan Transportasi Umum

2020 Tahun Kelam bagi kedua sektor perekonomian yakni Pariwisata dan Transportasi Umum. Mulai dari Gapeka 2019 yang cuma efektif seumur jagung, Batalnya Angkutan Mudik Lebaran, Maskapai Penerbangan terpaksa Vakum Sementara, hingga bangkrutnya rekan provider pemesanan hotel online. Semua imbas dari Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal Maret 2020.

Setiap pergantian tahun memang selalu ada yang namanya resolusi atau target yang ingin dicapat. Dan inilah yang terjadi setahun silam. Namun sayangnya Pandemi Covid-19 pulalah yang akhirnya membuyarkan hampir semua resolusi tersebut. Terutama buat para pelaku pariwisata dan sektor transportasi publik. Keduanya bahkan mulai kena dampak sejak virus tersebut pertama kali ditemukan dan mewabah di Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Tahun 2020 disebut-sebut cuma berlangsung selama 3 bulan dari Januari hingga Maret 2020. Karena mulai April kita menghadapi PSBB Total dan sekarang meskipun sudah masuk fase New Normal, Pandemi Covid-19 ternyata belum berakhir. Bahkan jelang pergantian tahun mulai banyak pengetatan. Tujuannya untuk menekan jumlah kasus positif Covid-19 yang biasanya ngegas setiap habis liburan panjang.

2020 Tahun Kelam: Gapeka 2019 Efektif Cuma Seumur Jagung

Sektor transportasi umum mengalami dampak paling signifikan di masa Pandemi Covid-19. Di awal tahun aja udah ada penutupan jalur penerbangan menuju Wuhan dan sejumlah wilayah di Tiongkok. Padahal sebelum pandemi, Tiongkok termasuk destinasi wisata favorit untuk segmen luar negeri.

Untuk konteks dalam negeri, lebih spesifik lagi transportasi darat, kereta api kena dampak cukup parah. Gapeka 2019 yang disusun awal Desember 2019 ternyata efektifnya cuma seumur jagung. Sampe bulan Maret 2020 aja. Setelahnya gegara pemerintah mengambil kebijakan PSBB Total banyak jadwal perjalanan kereta api dibatalkan. Maka jadilah lintas sepi dan hanya lokalan di jam-jam tertentu plus kereta barang.

Gapeka 2019 yang disebut sangat memanjakan segmen Bandung-Jakarta melalui perpanjangan rute KA Argo Wilis, KA Malabar, KA Mutiara Selatan dan KA Turangga benar-benar terkena hantaman telak Coronavirus. Sampe bulan Mei 2020 aja yang jalan cuma sebagian kecil komuter dan kereta barang. Memang sih ada jarak jauh tapi hanya untuk kepentingan tertentu. Jadi sangat dibatasi.

Setelah New Normal, sejumlah kereta api jarak jauh memang beroperasi lagi. Tapi kapasitasnya dibatasi jadi cuma 70%. Protokol kesehatan ditetapkan secara ketat dan nggak ada layanan restorasi (gerbongnya aja disulap jadi gerbong isolasi medis buat penumpang yang kedapatan demam). Terus gimana dengan kereta yang rutenya dipanjangin? Kembali lagi seperti sediakala. Diperpendek jadi cuma sampe Stasiun Bandung aja.

Batalnya Angkutan Mudik Lebaran

Di Bulan Mei 2020 harusnya kita merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Cuma sayangnya pemerintah justru melarang ritual mudik dan kumpul lebaran. Tujuannya nggak lain untuk menekan penyebaran Covid-19. Dengan adanya larangan itu otomatis Angkutan Mudik Lebaran 2020 pun batal. PT. KAI menfasilitasi pengembalian tiket 100% refund.

Pemerintah melalui dinas terkait pun membatasi akses keluar masuk pemudik. Terutama di jalur akses dari ibukota Jakarta. Meski di sisi lain masih ada aja travel odong-odong gelap yang ngangkut pemudik dan kucing-kucingan sama petugas.

Momen Angkutan Lebaran biasanya sering jadi masa-masa booming bagi pelaku Pariwisata. Termasuk hotel dan tempat-tempat wisata. Namun karena adanya larangan mudik dan PSBB ketat membuat sektor pariwisata menjadi mati suri. Nggak hanya itu bahkan ada sebuah maskapai penerbangan yang terpaksa menghentikan sementara layananya (vakum sementara).

Jasa Pariwisata Bangkrut

Tahun 2020 ditandai sebuah tragedi dimana salah satu operator jasa pariwisata yang selama ini dikenal sebagai aplikasi untuk booking hotel (penginapan) mengalami kebangkrutan. Imbas pandemi Covid-19 yang menurunkan tingkat pemesanan hotel sampai ke titik nadir. Operator itupun akhirnya menutup usaha akibat udah nggak sanggup lagi menanggung beban kerugian.

Nggak bisa disangkal lagi memang 2020 jadi periode kelam bagi para pelaku usaha jasa pariwisata dan transportasi umum. Kalo nggak bangkrut apalagi tutup ya mengalami kerugian. Sebagai contoh PT. KAI aja untuk pertama kalinya sejak 2009 membukukan kerugian dengan jumlah nggak main-main. Cuma mengandalkan logistik ternyata nggak cukup untuk menanggung beban kerugian tersebut.

Tinggal kurang darri sejam lagi kita akan meninggalkan tahun 2020. Semoga pandemi segera berakhir, Pariwisata dan Transportasi Umum bisa bangkit lagi di tahun 2021.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *