Bandung Garut Naik Kereta Api Pangandaran. Melihat proses reaktivasi jalur legendaris yang pernah dilewati seniman Charlie Chaplin. Siap mengangkat kembali pamor Garut sebagai destinasi wisata utama di Priangan Timur.
Angin segar berhembus ketika Gubernur Jawa Barat merencanakan akan mengaktifkan lagi 4 jalur kereta api peninggalan Belanda yang telah lama mati. Yakni jalur Cibatu-Garut, Banjar-Pangandaran-Cijulang, Rancaekek-Tanjungsari dan Bandung-Ciwidey. Reaktivasi tersebut tujuannya tak lain untuk mendukung pariwisata. Mengingat banyak jalur non-aktif tersebut yang melewati tempat-tempat wisata seperti Situ Bagendit di Garut hingga Pantai Pangandaran.
Di antara keempatnya, jalur kereta api Cibatu Garut mendapat prioritas tertinggi dan jadi yang pertama diaktifkan lagi. Bahkan reaktivasi jalur ini sepenuhnya dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dengan anggaran perusahaan juga tentunya. Pertimbangan menempatkan jalur ini jadi top priority ialah prosesnya yang lebih mudah dan anggaran juga nggak terlalu besar sehingga amsih bisa dihandle operator.
Selain itu tanah bekas jalur kereta api yang selama ini ditempati oleh penduduk semuanya merupakan tanah negara. Sehingga tak sulit untuk membebaskannya. Secara sebagian besar masyarakat sudah paham bahwa suatu saat operator akan menggunakan lagi lahan tersebut untuk difungsikan lagi sebagaimana mestinya, jadi jalur kereta api.
Pertimbangan lainnya tentu untuk mendukung pariwisata Garut. Sebab selama ini akses ke sana naik kereta api masih mentok di Stasiun Cibatu dan nggak semua kereta berhenti di sana. Sehingga alternatif berikutnya ialah Stasiun Cipeundeuy yang masih terletak di Kabupaten Garut. Sayangnya terlalu jauh dan butuh waktu satu jam perjalanan (paling cepat) sampai ke Kota Garut.
(Akhirnya) Bandung Garut Naik Kereta
Guna mendukung proses reaktivasi tersebut, PT. KAI meluncurkan dua kereta khusus ke Priangan Timur, yakni Kereta Api Galunggung (Kiaracondong-Tasikmalaya PP) tanggal 24 Desember 2018 dan Kereta Api Pangandaran (Gambir-Banjar PP) tanggal 2 Januari 2019. Sejatinya kedua kereta tersebut masih merupakan pengembangan dari layanan yang sudah ada sebelumnya.
Kereta Api Galunggung misalnya merupakan pengalihan rute dari KA Patas Bandung Raya yang telah dihentikan operasionalnya sejak awal November 2018. Semula rutenya hanya Kiaracondong-Cicalengka-Padalarang-Kiaracondong memanfaatkan idle KA Kahuripan. Karena okupasi minim akhirnya ditutup dan dialihkan ke rute baru Kiaracondong-Tasikmalaya PP dengan nama baru KA Galunggung.
Kereta Api Pangandaran juga pengembangan dari Kereta Api Argo Parahyangan Bandung-Gambir PP. Malah bisa dibilang perpanjangan rute Argo Parahyangan yang awalnya cuma nyampe Bandung jadi bablas ke Banjar. Keberadaan dua kereta ini bisa jadi merupakan langkah awal dari reaktivasi 4 jalur non aktif tersebut termasuk Cibatu-Garut.
Dengan adanya Kereta Api Pangandaran dan Galunggung yang juga berhenti di Stasiun Cibatu, Bandung Garut bisa naik kereta api. Meski untuk sementara keretanya masih mentok di Cibatu dan masih harus lanjut naik transportasi lain seperti angkot.
Pemandangan Alam Sekitar Nagreg, Mandalawangi dan Leles
Perjalanan Bandung Garut naik Kereta Api Pangandaran akan melintas separuh dari alam Priangan TImur khususnya di sekitar Nagreg, Mandalawangi dan Leles. Terutama di Nagreg kita akan melewati sebuah jembatan tinggi yang dikenal dengan nama Jembatan Citiis. Ketika lewat di sana kita seolah-olah sedang terbang. Jembatan ini termasuk salah satu warisan kolonial Belanda. Di bawahnya selain hamparan jurang yang cukup dalam juga Jalan Raya Lingkar Nagreg.
Selepas jembatan Citiis, kita akan memasuki kawasan lembah Mandalawangi. Termasuk melewati Stasiun Lebakjero yang sering dijadikan objek fotografi. Namun sayangnya stasiun tersebut nggak lagi melayani perjalanan kereta api. Cuma sebatas pos pemantauan aja. Paling-paling kalo dalam kondisi darurat tertentu kereta akan berhenti di sini. Juga bila ada aktivitas persilangan. Sayangnya untuk persilangan juga jarang sekali terjadi. Paling kalo ada KLB aja. Itupun nggak berjadwal.
Separuh pemandangan alam Priangan Timur akan berakhir ketika memasuki daerah Leles di Kabupaten Garut. Di sini kita akan melewati jalur yang cenderung datar. Nggak ada lagi tanjakan atau turunan. Sedikit info selepas Cicalengka, kita akan melewati jalur naik sampe Nagreg, setelahnya akan menuruni Lembah Mandalawangi sampe Leles. Setelahnya jalur datar sampe dengan Stasiun Cibatu.
Tiba di Stasiun Cibatu Lanjut Angkot ke Kota Garut
Perjalanan dari Bandung ke Stasiun Cibatu naik Kereta Api Pangandaran ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Tak ada pemberhentian sama sekali sepanjang perjalanan tersebut. Makanya nggak heran kereta api ini mendapat julukan Raja Priangan. Wong cuma berhenti di stasiun tertentu. Meski di Gapeka 2019 menambah pemberhentian di Bekasi, Cimahi dan Leles. Tentunya ini sangat memudahkan pelanggan yang selama ini sangat mengandalkan KA Serayu maupun Lokalan.
Tanpa terasa Kereta Api Pangandaran tiba di Stasiun Cibatu. Karena perjalanan kita ke Kota Garut, kita akan turun di sini. Pasalnya di sinilah yang paling gampang dan enak untuk ke Kota Garut. Kalo dari Cipeundeuy jauh dan memakan waktu lebih lama lagi. Meski sebetulnya kita pun bisa turun di Leles.
Pada perjalanan kali ini kita akan menyaksikan proyek reaktivasi Cibatu-Garut. Sebenarnya ini adalah perjalanan di tahun 2019 dimana jalur tersebut masih dalam proses reaktivasi. Belum dipasang rel dan sistem persinyalan yang sekarang ini sudah tuntas 100%. Hanya saja pengoperasian keretanya masih tertunda akibat wabah Novel Coronavirus (Covid-19).
Dari Cibatu ke Garut tersedia moda transportasi angkot. Nah diperjalanan ini kita menyaksikan proses reaktivasi jalur kereta api yang telah mati sejak 1984. Perjalanan ke Kota Garut naik angkot itu ditempun dalam waktu 1 jam 30 menit. Jadi kalo di total semua dari Bandung sekitar 3 jam atau setara Bandung-Jakarta.
Akhirnya sampailah kita di tujuan akhir Kota Garut. Angkotnya sih sampe ke Terminal Guntur. Tapi kita akan ambil titik terdekat menuju Stasiun Garut yang tengah dalam proses revitalisasi. Di sekitar bangunan stasiun yang sempat jadi kantor sebuah ormas itu banyak sekali bongkaran-bongkaran beton. Alat-alat berat seperti eskavator jadi pemandangan lazim di sini.
Saat ini revitalisasi telah selesai dan rel kereta api telah tersambung sampai dengan Stasiun Garut. Namun sayang gara-gara Coronavirus ujicoba dengan kereta penumpang pun tertunda. Stasiun Garut masih harus menunggu lagi dioperasikan untuk layanan penumpang. Semoga saja wabah ini segera berakhir dan kita akan bisa menikmati layanan kereta api ke Garut setelah 36 tahun lamanya non-aktif.
Malah sebelum Coronavirus datang menyerang sempat ada desas-desus perpanjangan rute Kereta Api Argo Parahyangan (salah satu perjalananya) dan Kereta Api Lokal ke Stasiun Garut. Saat ini Kereta Api Argo Parahyangan mengakhiri perjalann di Stasiun Bandung dan Kiaracondong. Adapun Kereta Api Lokal yang dikenal dengan KA Elok Cibatu berakhir di Stasiun Cibatu.
Leave a Reply