Dari Jendela KA Pangrango. Perjalanan menelusuri keindahan alam lembah Sungai Cisadane dari Bogor menuju Sukabumi. Ditengah guyuran hujan.
Menikmati perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Bogor ke Sukabumi. Disuguhi pemandangan indah Sungai Cisadane yang arusnya deras. Sama derasnya dengan hujan yang turun pada saat itu
KA Pangrango sejatinya merupakan rangkaian kereta lokal jarak menengah yang melayani rute Bogor-Sukabumi PP. Kereta ini sangat unik. Lazimnya kereta lokal itu hanya menyediakan layanan kereta ekonomi. Selain itu nggak ada reservasi tiket apalagi kereta eksekutif. Namun semua itu nggak berlaku di sini. Tiket bisa dibooking walaupun H-7. Ditambah terdapat satu kereta eksekutif. Tarif kereta ekonomi-nya pun tanpa subsidi. Beda sama lokalan yang biasa paling mahal Rp 10.000,00.
Keberangkatan kereta inipun ternyata bukan dari Stasiun Bogor. Maklum stasiun ini sekarang hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line tujuan Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Jatinegara via Tanah Abang. Mengingat fokus di situ jadilah keberangkatan KA Pangrango dipindah ke Stasiun Bogor Paledang yang posisinya di sebelah selatan Stasiun Bogor. Jaraknya hanya dipisahkan Mall Taman Topi.
Jadi kalo kita baru turun dari Stasiun Bogor terus mau ke Stasiun Bogor Paledang itu harus menyeberang jalan dulu. Udah itu menelusuri jalan setapak di sebelah Mall Taman Topi. Sampe ketemu perlintasan sebidang kecil nah disitulah Stasiun Bogor Paledang berada. Sebagai titik keberangkatan KA Pangrango.
Bogor Paledang sebenarnya lebih tepat disebut halte. Setidaknya untuk saat ini. Karena hanya punya satu jalur saja. Langsiran KA Pangrango justru di Stasiun Bogor yang memiliki banyak jalur. Tiba waktunya KA Pangrango masuk Stasiun Bogor Paledang. Para Penumpang mulai siap-siap memasuki rangkaian kereta yang tersedia di satu-satunya jalur itu.
Dari Jendela KA Pangrango, Pemandangan Lembah Cisadane
Kereta pun diberangkatkan dari Stasiun Bogor Paledang menuju Stasiun Sukabumi. Kereta ini berhenti di setiap stasiun yang dilewatinya seperti: Batu Tulis, Maseng, Cigombong, Cicurug, Parung Kuda, Cibadak, Karang Tengah dan Cisaat. Kereta ini juga sangat diminati mengingat jalan raya Bogor Sukabumi kerap dilanda kemacetan parah sehingga bisa memakan waktu sampai 4 jam perjalanan.

Dari Stasiun Batu Tulis kita mulai bisa menikmati pemandangan Sungai Cisadane. Bahkan di stasiun tersebut view-nya menyatu dengan Gunung Salak yang ada di kejauhan. Mulailah petualanangan menelusuri Lembah Sungai Cisadane antara Batu Tulis hingga Cigombong.
Semula sungai berada di sebelah kanan, namun pindah ke sebelah kiri. Jadi pemandangan mau di kanan atau kiri sebetulnya sama bagusnya. Cuma yang kanan akan ada tambahan view Gunung Salak. Hari itu cuaca lagi hujan deras. Seolah menambah tantangan di jalur ini. Apalagi jalur ini termasuk yang rawan longsor. Tak jarang bila longsor terjadi layanan kereta pun dihentikan. Bisa dalam waktu yang cukup lama.

Di sini kita menyaksikan Sungai Cisadane berarus deras. Sama derasnya dengan hujan yang turun ketika itu. Jadi benar-benar menantang ya, udah sungainya deras, hujannya juga deras. Sementara laju kereta nggak bisa dibilang kencang. Maklum aja di jalur ini beda sama jalur lainnya seperti jalur Jakarta-Bandung via Karawang yang lurus. Jalur di sini benar-benar berada di perbukitan dan lembah sungai. Sehingga sangat butuh kehati-hatian.
Sekilas ini merupakan jalur kereta api Jakarta Bandung pertama yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ceritanya waktu itu Belanda ingin eksploitasi tanah Priangan yang kaya akan hasil bumi. Walaupun sudah ada Jalan Posweg, Belanda masih ingin ada transportasi yang murah dan efisien, juga punya daya angkut lebih banyak. Maka itu dibangunlah kereta api.
Namun sayang setelah kemerdekaan Indonesia jalur ini lebih banyak cerita mirisnya. Terutama sering dilanda musibah tanah longsor yang mempengaruhi perjalanan kereta api. Jangankan sampe Bandung, layanan Bogor-Sukabumi pun mengalami pasang surut. Mulai KRD Ekonomi ditutup karena merugi dan armada yang sudah uzur. Disusul kemudian Bumi Geulis. Meski diminati, armada uzur juga membuat kereta ini harus pensiun dini.
Dan akhirnya datanglah KA Pangrango di tahun 2014. Masyarakat Bogor yang hendak ke Sukabumi tak perlu lagi stress didera kemacetan parah berjam-jam di jalan raya. Dengan KA Pangrango paling lama 2 jam saja udah nyampe di Bogor atau Sukabumi.
Kembali ke laptop, pemandangan alam Lembah Cisadane bisa kita nikmati sebelum tiba di Stasiun Cigombong. Stasiun ini termasuk unik karena jalurnya yang menikung. Sangat ideal untuk dijadikan spot fotografi. Lepas dari stasiun ini kita masih tetap akan menyaksikan pemandangan alam. Meski bukan lagi lembah Cisadane.
Dari Cigombong ke Sukabumi, KA Pangrango masih akan berhenti di Cicurug, Parung Kuda, Cibadak, Karang Tengah dan Cisaat. Uniknya kebanyakan stasiun-stasiun di jalur ini masih peron pendek. Nggak heran penumpang yang menempati gerbong depan maupun belakang pasti nggak kebagian peron. Buat penumpang yang hendak ke Palabuhan Ratu bisa turun di Stasiun Cibadak. Lumayan banyak juga yang turun di sini. Boleh jadi memang ingin ke kawasan wisata itu.
Akhirnya kereta pun tiba di tujuan akhir Stasiun Sukabumi. Hujan masih turun membasahi bumi. Meski nggak lagi deras. Ya itulah perjalanan singkat ala-ala gabut. Dari Jendela KA Pangrango menyaksikan keindahan Lembah Cisadane.
Ini adalah catatan perjalanan naik KA Pangrango di bulan Oktober 2017. Memang waktu itu lagi rada-rada gabut. Jadi nggak ada salahnya toh mencoba. Secara penasaran dengan kereta tersebut yang katanya laris manis. Ternyata benar juga. Kalo nggak segera booking tiketnya bisa kehabisan.