Eastern Airlines 401 dan Komunikasi Buruk

Eastern Airlines 401 dan Komunikasi Buruk

29 Desember 1972 Eastern Airlines 401 jatuh di kawasan rawa Florida Everglades hanya beberapa saat sebelum mendarat di Miami International Airport. Tewaskan 101 penumpang, 75 penumpang lainnya selamat. Harga mahal dari sebuah komunikasi antar kru di cokpit yang buruk. Cuma gegara lampu noose gear mati, lantas tersibukkan dengan barang seharga Rp 3.000,00 namun nggak sadar bahwa bahaya lebih besar mengancam di depan mata.

Apa kabar semuanya? udah lama ya nggak update situs? karena sedang mempersiapkan unit usaha kuliner yang kini transformasi menjadi Warung Mugen harus menumbalkan situs ini untuk beberapa waktu saja.

Tapi nggak usah khawatir, kamu akan tetap up to date dengan konten-konten seputar pariwisata dan transportasi. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sebuah tragedi yang jarang diketahui orang. Sebuah kecelakaan pesawat hanya 3 hari sebelum pergantian tahun.

TKP kecelakaan ini memang berada jauh di Amerika sana. Juga nggak melibatkan pesawat Indonesia, nggak ada WNI yang jadi korban dalam insiden ini. Jadi beda sama tragedi yang udah pernah kita bahas sebelumnya seperti Kecelakaan Pesawat Haji 1974 (Martinair 138) dan Flight 001 di Colombo Srilanka. Meski maskapai asling dan TKP di luar negeri namun korbannya WNI yang akan dan baru saja melaksanakan ibadah haji.

Meski demikian, bukan berarti tragedi kali ini nggak penting dan nggak perlu dibahas. Mengingat ini adalah bagian dari sejarah aviasi dan melibatkan sebuah pesawat yang saat kejadian merupakan pesawat baru. Bukan yang jatuh di Colombo itu yang udah berusia tua.

Eastern Airlines 401, Pesawat Baru dan Tercanggih di Masanya

Pesawat itu adalah sebuah Lockhead L-1011 Tristar, sebuah widebody dan pesawat terbesar di awal tahun 1970-an. Meskipun Boeing 747 telah diperkenalkan dan terbang perdana pada tahun 1969, L-1011 Tristar merupakan armada terbesar milik Eastern Airlines ketika itu. Dan salah satunya ialah Eastern Airlines 401 melayani rute New York-Miami.

Lockheed L-1011 Tristar merupakan Widebody dengan kapasitas besar, dan dilengkapi sistem autopilot dan navigasi tercanggih di masanya. Secara fisik memang terbilang aman. Terlebih New York-Miami masih merupakan rute domestik dibawah 3 jam.

Adalah hal yang jamak di Amerika untuk rute domestik apalagi yang tergolong gemuk menggunakan widebody. Jarak yang terbilang agak jauh membuat minat masyarakat menggunakan si burung besi tinggi. Untuk mempercepat waktu daripada lewat darat

Di malam 24 Desember 1972 itu, Lockheed L-1011 Tristar, Registrasi N310EA, Eastern Airlines 401 membawa 176 penumpang dan kru, termasuk 4 kru kokpit (pilot, first officer dan engineer). Pesawat take off dari John F Kennedy International Airport New York jam 21.20 tanpa ada kendala dan penerbangan secara umum berjalan lancar. Jam 23.23 waktu setempat, pesawat bersiap untuk mendarat di Miami International Airport (MIA), Florida.

Captain Bob Loft mengumumkan pada penumpang beberapa saat lagi akan tiba di tujuan akhir. Pesawat mulai turun dan landing gear diturunkan. Pada saat checklist diketahui bahwa lampu indikator landing gear bagian noise gear (depan) tak menyala.

Kru nampak tak mau ambil risiko memaksakan pendaratan dalam keadaan demikian. Karena bisa saja itu indikator bahwa benar roda depan pesawat nggak mau turun. Mendarat tanpa ban depan tentu sangat berisiko dan bisa berakibat fatal.

Kru sekali lagi mencoba untuk menurunkan landing gear, ya ibaratnya refresh jaringan handphone misalkan error. Percobaan itu nggak cuma sekali dua kali namun beberapa kali, sebagaimana kesaksian seorang cabin crew yang mendengar proses naik-turun landing gear. Cabin crew itu mulai mengindikasikan ada yang nggak beres dengan landing gear.

Minta Izin untuk Berputar di Ketinggian 2.000 Feet

Nggak mau ambil risiko kru Eastern Airlines 401 memilih untuk berputar lebih dulu di ketinggian 2.000 Feet menggunakan mode autopilot. Tentunya setelah menginformasikan masalah yang terjadi kepada tower MIA di malam itu dan tower MIA mengizinkan. Pastinya holding efeknya Flight 401 delay.

Balik lagi ke kokpit, setelah mode refresh gagal, salah satu engineer coba gunakan mode “Christmas Tree” atau mengaktifkan semua penerangan di kokpit. Namun tetap aja lampu indikator landing gear noise nggak mau menyala. Kapten memerintahkan engineer untuk turun ke bawah mengintip lewat lubang yang dinamakan hail hole. Memastikan apakah landing gear bener-bener udah turun atau sebaliknya.

Nah saat proses mengintip itu tanpa disadari mode autopilot sudah dalam posisi non-aktif. Nggak satupun kru yang sadar bahwa pesawat telah turun dari ketinggian 2.000 feet. Engineer itu masih belum juga berhasil melihat noose gear, lantas kembali lagi ke hail hole setelah kapten menyalakan lampu penerang.

Eastern Airlines 401 Jatuh di Florida Everglades, Turun Tanpa Ada yang Sadar

MIA Tower mengamati radar dan terlihat Eastern Airlines 401 telah turun dari ketinggian 2.000 feet dan sekarang berada di 900 feet. Pengawas seperti nggak mengingatkan kru ketinggian telah berkurang secara drastis. Memang pada saat yang sama pengawas sedang memandu sebuah pesawat yang bermasalah hendak mendarat di MIA.

Lantas pengawas itu sebatas memerintahkan Flight 401 untuk melanjutkan proses holding. Padahal autopilot sudah dalam keadaan non-aktif dan ketinggian pesawat terus menurun.

MIA Tower mengetahui Eastern Airlines 401 telah hilang dari pantauan radar. Pengawas coba mengontak pesawat namun tak ada jawaban. Akhirnya pengawas tersebut mendapat info dari pesawat lainnya bahwa ada ledakan di area rawa Florida Everglades yang tak jauh dari Miami International Airport (MIA). Lockhead L-1011 Tristar Registrasi N301EA dipastikan jatuh di sana.

Hanya beberapa detik setelah engineer kembali turun ke hail hole untuk menengok langsung noose gear, First Officer sadar bahwa pesawat sudah turun jauh dari ketinggian awal dan semakin mendekati bumi. Captain segera mengembalikan ketinggian pesawat, namun sayangnya sudah terlambat. Pesawat menyentuh tanah rawa Florida Everglades, terhempas, terjadi ledakan dari tangki bahan bakar dan pecah menjadi beberapa bagian besar.

Harga Mahal dari Komunikasi yang Buruk

Adapun penyebab kecelakaan pesawat Eastern Airlines 401 di Florida Everglades berdasarkan penyelidikan NTSB (National Transportation Safety Board) ialah kesalahan kru dalam membaca flight instrument 4 menit sebelum mendarat.

Juga keterlambatan mengetahui bahwa pesawat telah turun dimana hal tersebut bisa dicegah agar pesawat jangan sampai terhempas ke bumi. Dugaan kerusakan pada nose gear telah mengalihkan perhatian kru ke sana dan tak memperhatikan instrumen lainnya termasuk penurunan ketinggian pesawat.

Jadi intinya Eastern Airlines 401 bisa terhempas gitu gegara kesalahan kru (human error). Memang Human Error merupakan penyebab paling dominan pada setiap kasus kecelakaan pesawat. Termasuk yang melibatkan pesawat Hi-Tech.

Lockhead L-1011 Tristar N301EA merupakan pesawat Hi-Tech di masanya. Punya sistem autopilot canggih yang bisa memberi keamanan dan kenyamanan penerbangan. Jenis ini juga termasuk yang ramah lingkungan karena nggak terlalu berisik.

Namun secanggih apapun sebuah pesawat bila tak dibarengi skill pilot yang mumpuni akan percuma. Pilot nggak bisa serta-merta tergantung pada Hi-Tech yang ada. Karena ibaratnya sebuah komputer yang ada kalanya mengalami trouble seperti hang, Autopilot pun demikian.

Bila sistem itu mengalami masalah, Pilot bisa mengambil alih dan mengendalikan pesawat secara manual. Tentunya kalo bawa manual mesti konsentrasi penuh. Termasuk handle komunikasi dengan ATC.

Sistem Autopilot sejatinya dirancang untuk mengurangi beban pilot ketika terbang. Bukan menggantikan tugas pilot. Nggak sedikit pula insiden yang diakibatkan ketergantungan pilot pada mode otomatisasi semacam ini. Terlebih L-1011 Tristar punya mode pendaratan otomatis sehingga terbilang sebagai pesawat Hi-Tech di era 70-an. Walaupun masih kalah saing dengan widebody sejenis seperti DC-10 punya Douglas.

Balik lagi ke Eastern Airlines 401 di sini terlihat para kru sangat disibukkan dengan lampu noose gear yang mati hingga menduga roda bagian depan nggak berfungsi sebagaimana mestinya. Merasa yakin bahwa pesawat aman-aman aja saat holding karena udah setting mode Autopilot di ketinggian 2.000 feet, semua kru pun terfokus pada dugaan tersebut, roda depan macet.

Ketika kru sedang melakukan upaya terakhir yakni melihat via hail hole, tanpa sadar Captain telah menonaktifkan mode autopilot karena tak sengaja menyenggol rudder ketika hendak membuka pintu hail hole itu. Mode autopilot bisa diset melalui rudder selain panel. Makanya ketika rudder kesenggol walaupun nggak sengaja, mode autopilot telah non-aktif sejak saat itu.

Nah di fase inilah nggak satupun kru yang sadar. Begitupula petugas ATC di MIA Tower. Jelas-jelas di radar ketauan bahwa Eastern Airlines 401 kehilangan ketinggian dan dalam posisi turun hingga kurang dari 1.000 feet. Celakanya petugas itu mengira ada error. Malah meminta Flight 401 melanjutkan holding lantaran sedang menghandle sebuah pesawat yang bermasalah.

Balik lagi ke pesawat, setelah captain menyalakan lampu hail hole dan meminta engineer untuk turun memastikan lagi nose gear berfungsi atau nggak, disitulah First Officer baru menyadari bahwa pesawat berada pada titik kritis. Lantas captain berusaha untuk naik lagi namun sudah terlambat.

Pesawat Widebody Hi-Tech itupun terhempas di Florida Everglades dan memakan korban jiwa 101 penumpang. Captain nya sendiri termasuk di antara korban meninggal tersebut.

Pasca Tragedi Eastern Airlines 401 pola komunikasi di dunia aviasi pun dibenahi. Di antara kesalahan fatal yang terjadi pada kasus Eastern Airlines 401 ialah nggak adanya keberanian untuk mengingatkan kru yang lebih senior. Masih ada perasaan segan dan sungkan gitu. Menganggap senior nggak pernah salah. Malah kalo mengingatkan takut kena omel gitu ya. Nah permasalahan inilah yang akhirnya diperbaiki di setiap maskapai penerbangan.

Galeri Foto

Data dan Fakta Eastern Airlines 401

Jenis PesawatLockheed L-1011 Tristar
No. Registrasi PesawatN310RA
Operator PenerbanganEastern Airlines
Negara Asal Operator PenerbanganAmerika Serikat
Nomor Penerbangan401
Tanggal Kejadian29 Desember 1972
Rute Penerbangan Saat KejadianNew York – Miami
Asal dan Jam KeberangkatanJohn F. Kennedy International Airport, New York / 21.20 Waktu Setempat
Tujuan dan Jam Kedatangan (ETA)Miami International Airport, Miami, Florida / 23.40 Waktu Setempat
Waktu Terjadi Kecelakaan dan Lokasi23.42 Waktu Setempat / Florida Everglades (Barat Miami International Airport)
Cabin Crew Eastern Airlines 401Robert Albin Loft (Bob Loft), 55 tahun – Captain
Albert John Stockstill, 39 tahun – First Officer
Donald Louis Repo (Don Repo), 51 tahun – Flight Engineer

Kejadian Mistis dan Pupular Culture

Diketahui sejumlah instrumen milik Flight 401 masih berfungsi dengan baik. Makanya itu banyak dipake dan dipasang di pesawat L-1011 Tristar lainnya. Gegara itu kerap terjadi penampakan kru yang telah meninggal akibat kecelakaan maut di Miami Florida.

Tentang kejadian mistis akibat tragedi ini akan ada pembahasannya sendiri. Terhempasnya pesawat Hi-Tech tersebut juga difilm-kan dalam judul Ghost of Flight 401 dengan urutan kejadian hampir sama dan berbagai peristiwa mistis yang terjadi sesudahnya. Juga dibuat rekonstruksi di acara Mayday Discovery Channel berjudul Fatal Distraction.

Referensi


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *