Gara Gara Mudik Lebaran Covid-19 Ngegas !!

Udah dibilangin jangan malah nekat sampe jebol-jebolan dan bangga lagi. Nggak sadar gara gara mudik lebaran itu sekarang kasus positif Covid-19 jadi ngegas. Malah udah sampe dicompare sama tsunami Covid-19 di India beberapa bulan lalu. Imbasnya jadilah kita semua balik lagi ke titik Nol. Terlebih setelah diteliti lebih lanjut di antara kasus ngegas itu terselip varian Delta.

Akhir-akhir ini berita tentang kasus Positif Covid-19 ngegas seperti nggak ada habis-habisnya. Setiap hari selalu jadi Headline News. Tanggal 24 Juni 2021 kemarin bahkan sampe pecah rekor di kisaran 20.000 kasus dalam sehari. Belum lagi yang meninggal juga nambah terus sampai pemakaman dengan protokol Covid-19 seperti tanpa henti.

Apa penyebab kasus begitu melonjak secara masif? Lagi-lagi kembali ke satu bulan ke belakang. Ada apa di sana? Apalagi kalo bukan Hari Raya Idul Fitri (Lebaran). Udah tradisi memang momen lebaran dijadikan untuk silaturahmi dengan keluarga besar di kampung halaman. Tak hanya itu waktu liburan yang panjang juga kerap dimanfaatkan untuk berwisata. Baik mengunjungi tempat wisata maupun sekedar datang ke mall.

Sebelum lebaran tanda-tanda ke arah lonjakan kasus sejatinya udah terlihat. Misalnya di beberapa pusat perbelanjaan terjadi kerumunan orang yang lagi belanja untuk kebutuhan lebaran. Memang sih mereka belum tentu pulang kampung. Toh udah ada larangan juga. Tapi seakan nggak mau kehilangan tradisi pakaian serba baru, mereka tetap datangi pusat perbelanjaan dan terjadilah hal tersebut. Nggak jarang juga yang melanggar prokes seperti melepas masker.

Balik lagi ke mudik lebaran, pemerintah jauh-jauh hari udah wanti-wanti bahwa yang namanya mudik itu dilarang. Guna menekan laju penyebaran virus Covid-19 dan menyukseskan program vaksinasi Covid-19 yang tengah berjalan. Namun seolah ungkapan “aturan dibuat untuk dilanggar” dibenarkan, banyak pula yang nekat. Diantara kenekatan itu misalnya curi start mudik. Udah mudik bahkan di hari pertama Ramadhan.

Oke itu baru curi start doang. Jumlahnya memang nggak seberapa besar. Tapi tetap jadi sorotan. Alhasil pemerintah mengambil tindakan tegas lagi akan memperketat mobilitas sebelum dan sesudah periode larangan mudik diberlakukan. Hingga pada saatnya tiba, terjadilah banyak drama pembobolan posko pengawasan di batas wilayah Aglomerasi.

Para pemudik yang mayoritas menggunakan sepeda motor secara bergerombol mencoba untuk menjebol penyekatan. Sampai pada akhirnya jebol beneran. Udah itu diupload ke social media, viral, dan mereka pun bangga bisa menjebol penyekatan untuk bisa berlebaran di kampung halaman. Kenapa mereka bisa senekat itu? Katanya sih kalo tetap di perantauan bingung mau ngapain. Udah gak ada kerjaan karenanya mending pulang kampung.

Perbuatan nekat itu juga rupanya buah dari provokasi sejumlah tokoh. Mereka mengaku sebagai tokoh agama menyerukan agar “melawan” aturan larangan mudik. Belum lagi si tokoh ternyata punya pengaruh besar di masyarakat. Dalil lain pun digunakan yakni kedatangan Pekerja Asing terutama dari Tiongkok yang akan bekerja di Proyek Strategis Nasional. Katanya kalo mereka boleh datang kenapa kita nggak boleh mudik?

Singkat cerita misi “pendakwah” itupun berhasil. Terjadi peningkatan mobilitas masyarakat di periode Lebaran. Nah selepas Lebaran, kira-kira 2-3 pekan kemudian mulailah ada tanda-tanda peningkatan kasus positif Covid-19. Hingga akhirnya beneran ngegas memasuki pertengahan bulan Juni 2021. Dimulai dari Cilacap, lanjut di Kudus, Bangkalan, dan akhirnya melonjak dimana-mana hingga membuat fasilitas kesehatan nyaris collapse.

Alhasil nggak ada cara lain. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk memperketat PPKM Mikro yang saat ini lagi berjalan. Terlebih kasus positif kini udah mencapai level 20 ribu dalam sehari. Itu artinya kan udah dalam kondisi gawat. PPKM Mikro dipertebal hampir mirip kaya PSBB Total di awal pandemi dulu. Kaya di Bandung aja, semua aktivitas perekonomian harus stop jam 19.00 WIB. Resto dan Cafe hanya boleh Take Away. Nggak ada dine-in.

Lebih mengerikan lagi, di antara kasus-kasus ngegas itu ada varian Delta (India) yang penularannya jauh lebih masif daripada varian lainnya. Sebagaimana ketika terjadi tsunami Covid-19 di India, varian Delta juga mendominasi sebagian kasus ngegas pasca lebaran tersebut. Terutama di Jakarta, Karawang, Kudus dan Bangkalan. Varian Delta banyak menjangkiti usia muda termasuk anak-anak dan remaja. Makanya sebagian kasus positif tersebut menimpa anak dan remaja.

Pembatasan aktivitas ekonomi tentu berdampak besar di masyarakat. Optimisme yang udah terbangun dengan adanya vaksinasi terutama sebelum lebaran seketika runtuh. Meski kita tetap yakin semua akan berakhir. Namun kapan itu lagi-lagi kembali ke masyarakatnya. Apakah masih bebal melanggar prokes dan aturan pembatasan, hingga menolak Vaksinasi? ataukah masyarakat sudah cerdas dan belajar dari kejadian akhir-akhir ini. Semakin bebal maka semakin lama pula Pandemi-nya.

Gara gara Mudik Lebaran, kasus positif ngegas dan kematian pun cenderung naik tiap harinya. Gara gara mudik lebaran, semua jadi ambyar dalam sekejap hingga harus mulai dari Nol lagi. Meskipun begitu keyakinan akan akhir dari pandemi Covid-19 nggak boleh hilang sedikitpun. Cuma persoalan waktu. Ubah sikap, taati protokol kesehatan, dan ikut vaksinasi selagi dapat kesempatan. Target kita Herd Immunity tercapai di bulan Agustus kan? Yuk ubah sikap mulai detik ini. Harus ada kemauan dan harus bisa!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *