Haneda Airport atau Tokyo International Airport (HND) adalah salah satu pintu masuk utama Jepang. Khususnya melalui Tokyo, ibukota negeri sakura tersebut. Posisinya dekat banget. Boleh dibilang cuma selangkah. Nggak sampe 2 jam udah nyampe ke pusat kota.
Halo sobat traveling, gimana kabar kamu semua? Masih betah nih di rumah aja? Kangen traveling ya? Nah kami juga kangen kok. Abis mau gimana lagi ya? Demi cari aman lebih baik di rumah aja dulu dah. Secara kami watir malah jadi silent carrier nanti.
Seperti yang udah pernah disebut sebelumya. Selama masa karantina kita akan Virtual Traveling dulu. Nggak akan tanggung-tanggung nih. Kali ini kita akan langsung terbang ke Jepang, tepatnya Tokyo.
Terbang dari Jakarta ke Tokyo
Berangkat dari mana ya? Good question sob. Penerbangan langsung ke Jepang tersedia di Jakarta dan Denpasar. Baik tujuan Tokyo maupun Osaka. Di kesempatan kali ini kita akan terbang dari Jakarta ke Tokyo naik pesawat Garuda Indonesia.
Pastinya berangkat dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) Terminal 3. Karena semua penerbangan Garuda Indonesia domestik dan internasional start-nya dari sana. Tujuan kita adalah Tokyo International Airport atau lebih dikenal dengan nama Haneda (HND). Bandara Internasional yang udah eksis sejak sebelum Perang Dunia ke-2.
Sebenarnya sih ada satu lagi bandara Internasional di sana, yakni Narita Airport (NRT) yang terletak di Chiba, luar kota Tokyo. Jaraknya lumayan jauh. Ibarat dari Bandung ke Cicalengka. Namun karena kita naiknya Garuda Indonesia kita nggak akan turun di sana.
Oke pesawat kita akan take off dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) Tangerang Banten jam 23.55 WIB. Penerbangan jelang tengah malam dan nyampe pagi di tujuan. Sering disebut Red Eye Flight. Terbang malam udah pasti kita akan tidur di atas pesawat.
Ya, jam udah menunjukkan waktu berangkat, pesawat udah take off dan menuju ketinggian 35.000 feet. Lampu tanda mengenakan sabuk pengaman dimatikan. Flight Attendant (FA) mulai bagi-bagiin snack dan welcome drink. Udah malam mending minum aja deh, snacknya disimpan dulu. So, now it’s time to sleep. Lampu kabin udah di set ke night mode.
Sholat di Ketinggian 35.000 Feet, Wudhu di Lavatory
Kita udah terbang sekitar 5 jam. Kalo ikutin waktu di Jakarta sekarang udah jam 04.55 WIB. Saatnya kita bangun dan mengerjakan kewajiban sebagai muslim. Apalagi kalo bukan sholat shubuh.
Dalam kondisi gimanapun sholat tetap harus dikerjakan. Nah di sini kita bias sholat sambal duduk. Jadiin arah pesawat sebagai kiblat. Terus wudhunya gimana? Wudhulah di lavatory, sebisa dan semampumu.
Alhamdulillah kita selesai kerjakan sholat dan berdzikir sebentar. Terus ngapain ya? Oh iya, snack yang semalam kan belum dimakan. Gimana kalo dimakan aja sekarang? Sambil nunggu nanti FA bagiin sarapan. Haus? Nggak usah malu-malu minta air mineral ke FA.
Biasanya sarapan mulai dibagi sekitar jam 7 pagi. Sekarang baru jam 5.30. Kebetulan kita naik Garuda Indonesia dan ada in Flight Entertainment. Baiklah kita akan manfaatin itu untuk menemani kegabutan di ketinggian 35.000 feet. Secara di pesawat smartphone dalam posisi airplane mode.
Kepo PEDIA
Q: Kenapa nggak tayamum? Bukannya kalo di atas pesawat boleh tayamum ya?
A: Gini, tayamum itu baru kita lakuin kalo memang udah benar-benar nggak ada air, atau ketika kita sakit dan nggak boleh kena air. Selama masih bisa menemukan air dan memanfaatkannya tetap wudhu. Pesawat sekarang kan punya lavatory atau toilet. Disitu masih ada air dan bisa dimanfaatkan untuk wudhu. Walaupun sebatas kemampuan kita karena ruangannya nggak terlalu luas.
Sarapan Dibagi dan Nggak Lama Lagi Mendarat di Haneda Airport (HND)
Jam 7.00 nih, FA mulai bagi-bagi sarapan pagi. Menu sarapan kali ini: Bubur Ayam dan Omelet. Pilih mana ya? Omelet aja dah, karena bubur ayam udah sering ketemu di Indonesia. Kan pengen makan yang agak jarang. Box dibuka dan isinya gak cuma omelet. Tapi disitu ada kentang, sosis, dan sayuran. Plus omelet-nya pasti. Itu yang jadi highlight.
Makanan pesawat disajikan lengkap. Makanan Utama ditambah pendamping orange juice, buah segar dan roti. Oke jelas nggak bisa dimakan semuanya. Mesti ada yang di take away. Rotinya aja kita take away. Manfaatin air sickness bag buat pembungkus. Daripada dianggurin.
Sarapan kelar FA masih bagi-bagi minuman ada banyak pilihan. Fresh Milk, Fresh Juice, Teh dan Kopi, serta tentu saja air mineral. Pilih mana nih? Fresh Milk aja kali ya, kan juice-nya kita udah punya. Dapet dari menu utama.
Tak terasa kita mulai masuk wilayah Udara Jepang. FA mulai bagi-bagi kartu kedatangan dan semacam custom declaration yang harus diisi. Kartu kedatangan untuk data diri kita, durasi berapa lama kita di Jepang, dan dimana kita akan menginap di sana.
Akhirnya FA mengumumkan tak lama lagi kita mendarat di Tokyo International Airport atau Haneda Airport (HND). Alhamdulillah pesawat pun mendarat dengan mulus. Selamat datang di Tokyo, kita sudah menginjakkan kaki di negeri Sakura.
Selanjutnya kita akan ke counter imigrasi, lanjut mengambil bagasi kalo ada. Sedikit info, Garuda Indonesia free bagasi sampe 40kg untuk International Flight. Beres semua selanjutnya mau kemana nih? Jangan lupa kita aktivasi JR Pass dulu kalo udah sempat beli sebelumnya.
Transportasi Lanjutan dari Haneda Airport
JR Pass ini semacam tiket terusan kereta Jepang dibawah operator Japan Railway (JR) Group. Pokoke nggak pake ribet lagi deh. Nggak mesti antri-antrian lagi. Tinggal tunjukkin aja begitu masuk stasiun.
Urusan JR Pass beres dan kita akan menuju Pusat Kota Tokyo naik Tokyo Monorail. Kebetulan Tokyo Monorail ini 60% sahamnya dimiliki JR East. Jadi kita bisa langsung pake JR Pass. Juga terkoneksi langusng dengan Yamanote Line.
Adakah alternatif lain selain Tokyo Monorail? Kamu bisa manfaatin Keisei Line. Meski kena biaya tambahan. Keisei Line langusng terhubung ke Shinagawa. Ini akan sangat bermanfaat kalo kamu pengen langsung naik Shinkansen ke arah Osaka.
Walaupun bisa pake JR Pass tapi Tokyo Monorail mentok di Hamamatsucho, dari sini kamu mesti ganti kereta lagi ke Shinagawa. Yang jelas apapun pilihan transportasi lanjutan kamu semuanya ditempuh kurang dari 1 jam.
Letak Haneda Airport sejatinya masih di wilayah Tokyo. Makanya hanya sejengkal menuju Pusat Kota Tokyo. Turun di Hamamatsucho juga bisa langsung ke Tokyo Tower. Jalan kaki sekitar 2 km atau naik subway. Tentunya kena biaya mengingat operator bukan JR Group.
Oke sampe disini dulu ya, InSyaaAlloh nanti kita lanjutin lagi petualangan di negeri Sakura.
Leave a Reply