Jalur Kereta Sukabumi Cianjur Sempat Non-Aktif

Di antara kenangan Gapeka 2019 yang baru aja diakhiri, Jalur Kereta Sukabumi Cianjur sempat non-aktif sementara gegara PSBB Ketat untuk meminimalisir risiko penyebaran Covid-19. Sekarang jalur udah aktif lagi melayani perjalanan KA Siliwangi bahkan hingga Stasiun Cipatat.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Ketat sempat diberlakukan selama kurang lebih 3 bulan dari April hingga Juni 2020. Sehingga Gapeka 2019 sejatinya memang cuma efektif seumur jagung. Mulai Desember 2019 hingga akhir Maret 2020. Sekilas Gapeka lawas tersebut memang nggak ngotak. Beberapa kereta yang rutenya cuma nyampe Bandung dipaksa dinas hingga ke Jakarta.

Ketika itu koridor Bandung-Jakarta memang jadi tambang uang buat operator. KA Argo Parahyangan, KA Serayu dan KA Pangandaran seolah nggak bisa lagi menampung tingginya animo pelanggan di lintas Priangan Barat tersebut. Sehingga memaksa KA Argo Wilis, KA Malabar, KA Mutiara Selatan, dan KA Turangga memperpanjang rutenya hingga ke Jakarta.

Namun “Kerja Paksa” itu ternyata hanya berlaku selama kurang lebih 4 bulan hingga akhir Maret 2020. Setelahnya gegara Pandemi Covid-19, pemerintah memberlakukan PSBB ketat itu tadi. Semua operasional kereta api jarak jauh dihentikan. Jadilah Gapeka 2019 tiarap dihantam SARS Cov-2. Paling cuma layani sebagian kecil perjalanan lokalan aja.

KA Siliwangi termasuk yang dibatalkan perkanya. Sehingga otomatis membuat koridor Sukabumi-Ciranjang terpaksa sepi lagi tanpa ada lalu lintas kereta reguler.

Trekking di Jalur Kereta Sukabumi Cianjur

Sepinya jalur legendaris tersebut menjadikannya peluang untuk melaksanakan kegiatan trekking atau penelusuran. Selama jalur aktif dan dilewati KA Siliwangi, kegiatan itu jelas mustahil untuk dilaksanakan. Walaupun kita tau kecepatan KA Siliwangi nggak kaya di jalur-jalur padat yang bisa dipacu lumayan kencang. Disini kereta melintas sedikit pelan. Kira-kira sekitar 40-60 km/jam. Maklum jalur ini juga rawan longsor.

Kabar baiknya lagi, selama PSBB Ketat itu nggak ada keramaian dan kerumunan sepanjang jalur. Kecuali petugas dari PT. KAI atau Dirjen Perkeretaapian (Dirjenka) Kemenhub. Itupun nggak banyak. Sehingga risiko tertular Covid-19 di situ sangat kecil. Secara waktu PSBB Ketat terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer.

Trekking dimulai dari Stasiun Sukabumi, inilah stasiun paling selatan di Daop 1 Jakarta. Nggak seperti biasanya gegara pandemi dan “lockdown” stasiun juga ikutan di “lockdown” total. Semua akses terkunci rapat. Paling cuma di sekitaran rel aja yang nggak. Tapi kita juga nggak bisa mendekat ke stasiun. Risikonya jelas, bakal berurusan sama 2 sosok yakni PKD dan/atau Polsuska.

Stasiun ini sejatinya melayani 2 perka: KA Pangrango jurusan Bogor Paledang dan KA Siliwangi jurusan Ciranjang (waktu itu rutenya belum sampe Cipatat). Termasuk stasiun besar lho, bahkan di zaman kolonial dulu pernah melayani perjalanan sampe ke Jogja dan Surabaya. Begitu juga di awal 70-an pernah ada layanan kereta langsung ke Stasiun Gambir menggunakan armada MCW 302 dengan rute Jakarta-Sukabumi-Cianjur PP.

Oke dari situ trekking menuju Stasiun Gandasoli, lumayan agak jauh sih, ada lah sekitar 8 km atau bahkan lebih. Tapi lumayan buat menggerakkan tubuh dan meningkatkan imunitas. Hitung-hitung olahraga. Nggak terasa nyampe juga di Gandasoli. Bedanya stasiun ini udah masuk wilayah Daop 2 Bandung. Disinilah uniknya Sukabumi. Ke arah utara masuk Daop 1 sementara agak ke selatan masuknya Daop 2.

Rinciannya mulai dari Cicurug ke Sukabumi berada di bawah Daop 1 Jakarta, adapun Gandasoli dan Cireungas di Daop 2 Bandung. Meski nggak seketat sebelumnya dan sedikit leluasa untuk pengambilan gambar, perjalanan lanjut ke Stasiun Cireungas. Jauhnya juga kurang lebih sama.

Tiba di Stasiun Cireungas, ini adalah stasiun akhir yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi. Setelah ini kita akan melintas sebuah terowongan legendaris tertua di Indonesia. Nggak seberapa panjang memang namun sangat legend. Terowongan ini bisa dibilang batas wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Sampailah kita di terowongan tersebut. Sang legenda bernama Lampegan, punya sejarah panjang. Meski panjang nggak seberapa tapi kalo udah masuk cukup bikin merinding juga sih. Maklum aja ini terowongan konon dihuni makhluk tak kasat mata. Disitulah penting bagi kita untuk senantiasa menjaga sikap.

Terowongan Lampegan jadi icon jalur kereta Sukabumi Cianjur. Aura mistis sangat terasa, apalagi kalo jalur dalam keadaan non-aktif seperti ketika PSBB Ketat selama 3 bulan di 2020 itu. Oke, tentang sang legenda nanti akan ada pembahasannya tersendiri. Penelusuran di kala PSBB Ketat memang cuma sampe di sini aja. Di Terowongan Lampegan. Nggak sampe ke Cianjur. Maklum memperhitungkan waktu juga dalam keadaan puasa.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *