Jembatan Kota Intan Jakarta Peninggalan VOC

Jembatan Kota Intan Jakarta di atas Sungai Kali Besar merupakan salah satu peninggalan VOC yang masih tersisa saat ini. Menjadi icon Kota Tua Jakarta selain Museum Fatahillah.

Jembatan ini dibangun dan sudah eksis sejak zaman VOC. Ketika Sungai Kali Besar masih dilayari kapal-kapal kecil dan tongkang jembatan bisa dibuka tutup. Fungsi itu lantas memudar seiring perkembangan zaman. Hingga akhirnya menjadi monumen bersejarah.



Nggak susah untuk menemukan warisan kompeni yang satu ini. Jembatan ini bahkan bisa terlihat dari arah Jalan Tol Pelabuhan ataupun dari dalam KRL Commuter Line yang melintas di petak Kampung Bandan – Angke. Dari Museum Fatahilah juga nggak begitu jauh. Jaraknya sekitar 2,5 km dari Jembatan Kali Besar. Meski fungsi jembatan telah lama hilang karena konstruksi yang dimakan usia. Paling nggak masih punya fungsi lain sebagai monumen bersejarah.

Warisan zaman kompeni yang aslinya bernama VOC (Veerenigde Oostindische Compagnie) atau Kongsi Dagang Hindia Timur milik Kerajaan Belanda. Sebelum era pemerintah Kolonial Belanda, VOC menjadi perpanjangan tangan dari Kerajaan Belanda untuk menguasai Nusantara. Makanya itu penjajahan Belanda selama 350 tahun itu sebagian besarnya ada di era VOC ini.

Kawasan Kota Tua Jakarta yang dimulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa hingga sekitar Stasiun Jakarta Kota dulunya merupakan cikal bakalnya Batavia. Dengan pelabuhan yang menjadi pintu masuk kapal-kapal penumpang maupun kapal dagang. Dan untuk menujang mobilitas tersebut biasanya ada semacam tongkang atau kapal-kapal kecil yang berlayar melalui Sungai Kali Besar menuju Pelabuhan Sunda Kelapa.

Aktivitas kapal-kapal ini tak lain untuk mendukung pengangkutan barang dagang maupun angkutan penumpang. Mempermudah mobilitas langsung menuju kawasan perkotaan melalui sistem kanalisasi di Sungai Kali Besar. Tepat di atas sungai ini dibuatlah sebuah jembatan yang kini menjadi salah satu icon Kawasan Kota Tua disamping Museum Fatahillah.

Awalnya Jembatan Inggris dan Pasar Ayam

Jembatan ini dibangun pada tahun 1628 atau sembilan tahun setelah VOC menguasai Batavia (1619). Awalnya dinamakan Jembatan Inggris (Engelse Brug) karena Inggris pernah membangun benteng di sini. Tepatnya di sisi timur. Pernah jadi sasaran penyerangan pasukan Banten dan Mataram tahun 1628-1629 hingga mengalami kerusakan.

Awalnya Jembatan Inggris

Kemudian berubah jadi Jembatan Pasar Ayam (de Hoenderpasar Brug) setelah diperbaiki. Penamaan tersebut tak lepas dari keberadaan Pasar Ayam di dekatnya. Sayang lagi-lagi mengalami kerusakan karena diterjang banjir.

Tahun 1665 setelah perbaikan kedua jembatan ini lagi-lagi ganti nama. Kali ini Jembatan Pusat (Het Middelpunt Burg). Sesuai dengan posisinya di Pusat Kota Batavia pada saat itu. Namun tetap saja masyarakat setempat menyebutnya Jembatan Pasar Ayam atau Jembatan Ayam. Tentu saja keberadaan pasar ayam disekitarnya. Ada juga yang berpendapat ayam di sini merupakan konotasi dari kupu-kupu malam.

Seiring berjalannya waktu VOC mengalami kebangkrutan tahun 1799 akibat dari korupsi yang kronis. Sehingga Pemerintah Kerajaan Belanda mengambil alih langsung pengelolaan tanah jajahan. Termasuk Batavia tentunya. Sehingga kita kenal yang namanya era Kolonial Hindia Belanda. .

Di zaman ini tepatnya pada tahun 1938 fungsi jembatan diubah menjadi jembatan gantung. Tujuannya agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan mencegah kerusakan akibat banjir, namun bentuk dan gayanya tidak pernah diubah. Nama jembatan lagi-lagi berubah jadi jembatan Phalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard karena waktu itu Ratu Juliana yang menjadi ratu di Belanda. Sebelumnya sempat juga dinamakan Jembatan Wilhelmina, ibunda dari Ratu Juliana.

Setelah Indonesia merdeka nama jembatan diganti jadi Jembatan Kota Intan. Disesuaikan dengan lokasi yang berada di kawasan Kastil Batavia yang bernama diamond (intan).

Jembatan Kota Intan: Jembatan Gantung Hingga Monumen Cagar Budaya

Jembatan ini di era kolonial merupakan jembatan gantung yang bisa dinaik-turunkan menggunakan tenaga hidrolik. Tujuannya agar perahu, kapal-kapal kecil dan tongkang bisa melintas di Sungai Kali Besar yang waktu itu masih bersar dan dalam. Jadi mempermudah lalu lintas menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Salah satu bukti bahwa di zaman dulu Batavia menerapkan sistem kanalisasi sungai.

Jembatan Kota Intan Jakarta Jadi Monumen

Kebanyakan kapal kecil yang lewat di bawahnya adalah kapal dagang untuk aktivitas jual beli di Asemka. Setelah selesai di situ kapal berangkat lagi menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Dimana terjadi aktivitas bongkar muat masuk kapal besar lalu kembali ke negaranya.

Namun sayang seiring berjalan waktu beberapa jembatan baru berdiri di sekitarnya. Salah satunya adalah jembatan kereta api yang sekarang jadi bagian dari loop line Jatinegara-Tanah Abang-Manggarai. Di petak antara Stasiun Kampung Bandan dan Stasiun Angke. Keberadaan jembatan baru membuat perahu dan kapal-kapal kecil tak bisa lagi melintas di Kali Besar.

Ketiadaan kapal yang melintas di bawahnya membuat fungsi buka-tutup menjadi tak optimal hingga akhirnya benar-benar tak bisa berfungsi lagi. Belum lagi lebar sungai kali besar semakin berkurang dan semakin dangkal. Terutama setelah zaman kemerdekaan. Praktis Jembatan Kota Intan jadi Tak Berfungsi lagi.

Tahun 1972 Gubernur Ali Sadikin menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Sejak saat itu hingga sekarang jembatan beralih fungsi jadi sebatas monumen bersejarah. Bangunan peninggalan VOC alias Kompeni yang masih tersisa. Jadi salah satu objek wisata wajib di Kawasan Kota Tua Jakarta.

Misteri Bangunan Tua Mangkrak dan Hotel Mercure

Dekat Jembatan Kota Intan kita bisa jumpai hotel berbintang yakni Hotel Mercure. Dulunya dikenal dengan nama Hotel Omni Batavia. Penginapan elite ini sempat jadi sorotan publik karena dianggap sebagai bangunan angker yang sarat nuansa mistis. Bahkan ada anggapan bangunan ini dulunya merupakan rumah sakit di era kolonial sehingga menambah kesan horor.


Misteri Bangunan Tua Mangkrak dan Hotel Mercure

Namun kini perlahan tapi pasti kesan horor itu mulai memudar. Seiring peruabahan nama menjadi Hotel Mercure setelah dibeli oleh Mercure. Meski tarif menginapnya lumayan menguras ongkos, hotel ini bisa jadi pertimbangan sobat yang ingin menjelajahi Kota Tua Jakarta secara utuh mulai dari area Pelabuhan Sunda Kelapa di sisi Jakarta Utara. Hotel Mercure sendiri berada di sisi Jakarta Barat.

Diseberangnya terdapat sebuah bangunan tua yang terlihat mangkrak. ini juga menjadi misteri tersendiri. Bangunan apakah ini? Apakah bangunan ini yang dinamakan pasar ayam dulu dimana jembatan sempat pake nama Jembatan Pasar Ayam. Ataukah bekas benteng Inggris? Yang jelas meski dalam kondisi mangkrak bangunan tersebut tetaplah memiliki nilai sejarah.

Sekilas Tentang VOC (Veerenigde Oostindische Compagnie)

Rasanya kurang lengkap pembahasan Jembatan Kota Intan sebagai peninggalan VOC yang masih tersisa hingga kini tanpa membahas tentang VOC-nya itu sendiri, Sesingkat apapun itu tetap harus dibahas. Sebagai bagian dari pengetahuan sejarah.

VOC didirikan pada 20 Maret 1602 dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara. Memperkuat armada dagang Belanda dalam menghadapi pesaingnya dari Portugis dan Spanyol. Berbeda dengan kedua pesaingnya, VOC hanya mengusung Gold and Glory (kekayaan dan kejayaan). Tanpa menyebarkan agama maupun bahasa.

VOC diberi hak istimewa (otrooi) dari Kerajaan Belanda monopoli perdagangan, memiliki mata uang, mewakili pemerintah Belanda di Asia, mengadakan pemerintahan sendiri, mengadakan perjanjian dengan penguasa-penguasa lokal, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan menyatakan perang. Sehingga menjadi negara dalam sebuah negara. Rahasia bisnis VOC pun sangat dijaga.

Meski kongsi dagang Belanda, nyatanya pegawai VOC itu Internasional atau berasal dari berbagai negara. Pada 1622, di garnisun Batavia terdapat 143 tentara: 17 orang Vlaams atau Wallon, 60 Jerman, Swiss, Inggris, Skotlandia, Irlandia, atau Denmark; 9 orang tak jelas asal usulnya; dan hanya 57 orang yang betul-betul kelahiran Belanda.

VOC juga mendatangkan orang-orang dari berbagai daerah di Nusantara. Selanjutnya membangun kampung-kampung untuk menempatkan orang-orang tersebut. Adanya Kampung Melayu, Kampung Bali, dan Kampung Ambon berasal dari sana. Kampung yang dinamai dari asal sukunya.

Dalam hal perdagangan VOC melakukan monopoli ketat dengan tak mengizinkan siapapun untuk melakukan perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi secara perseorangan. Orang Eropa yang tak lagi menjadi pegawai VOC hanya diperbolehkan melakukan perdagangan untuk komoditas yang kurang menguntungkan seperti hasil pertanian, perdagangan bahan pangan, rumah makan, dan rentenir. Itupun masih harus bersaing dengan pedagang Tionghoa.

Kisah VOC sendiri berakhir tragis. Karena korupsi akut akhirnya mengalami kebangkrutan di tahun 1799. Mulai 1800 urusan tanah jajahan diambil alih dan dihanle langusng Kerajaan Belanda. Tentunya lewat Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Dari sini juga muncul anggapan bahwa sejatinya penjajahan Belanda 350 tahun itu hanya mitos.

Mengingat periode sebelum 1800 itu adalah era-nya VOC yang notabene adalah Kongsi Dagang Belanda yang diberi hak istimewa oleh Kerajaan Belanda. Dengan para pegawainya yang bukan cuma Orang Belanda, tetapi internasional.

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Jelajah Kota Tua Jakarta, Sebuah Kawasan Bersejarah” . InSyaaAlloh masih ada kelanjutannya lagi terutama untuk Museum Fatahillah dan Stasiun Jakarta Kota. Jadi dibuat semacam Seri Kota Tua Jakarta.


Referensi

Jembatan Kota Intan, Penghubung Benteng Belanda dan Inggris. Bobo.ID. https://bobo.grid.id/read/08680213/jembatan-kota-intan-penghubung-benteng-belanda-dan-inggris?page=all

Jembatan Kota Intan, sisa peninggalan Belanda di Batavia. Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/jakarta/jembatan-kota-intan-sisa-peninggalan-belanda-di-batavia.html

Kisah Panjang Jembatan Kota Intan di Kalibesar. Republika. https://republika.co.id/berita/o1xl8m282/kisah-panjang-jembatan-kota-intan-di-kalibesar-part1

Sepuluh Fakta Tentang VOC yang Belum Banyak Diketahui Orang. Historia. https://historia.id/kuno/articles/sepuluh-fakta-tentang-voc-yang-belum-banyak-diketahui-orang-D8el1



Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *