Musibah kedua di negara yang sama. Kecelakaan Pesawat Haji 1978. Menimpa DC-8 milik Icelandic Airlines Flight LL 101. Tragedi memakan korban 183 penumpang dan crew. Human error jadi penyebab utama. Meski pihak Islandia dan Amerika Serikat menyebut infrastruktur
Seperti kejadian berulang dan masih di tempat yang sama walaupun beda spot. Kecelakaan Pesawat Haji 1978 kali ini menimpa sebuah DC-8-63CF registrasi TF-FLA milik Loftleidir Icelandic Flight LL 001. Pesawat ini dicarter Garuda Indonesia untuk mengangkut jamaah haji asal Kalimantan Selatan dengan rute Jeddah (JED)-Surabaya (SUB) via Colombo (CMB).
Tentunya masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia di dekade itu dan juga belum hilang dari ingatan para pembaca situs ini sebuah konten tentang kecelakaan pesawat haji 1974 yang juga terjadi di negara yang sama yakni Sri Lanka. Kala itu pesawat jenis DC-8 milik Martinair menerbangkan jamaah haji dari Surabaya menuju Jeddah dan tengah persiapan untuk transit di Bandara Colombo.
Namun sayang karena infrastruktur yang belum memadai dan masalah komunikasi antara pilot dan ground control pesawat menabrak tebing sebelum mencapai airport. Lokasi kecelakaan di tahun itu merupakan daerah terpencil. Nggak ada yang selamat di tahun 1974 itu dan menjadi insiden kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan Sri Lanka.
4 tahun selepas tragedi tersebut infrastruktur penerbangan di negara sebelah selatan India itu terus dibenahi. Terlebih penerbangan haji dari Indonesia ke Saudi kadang masih harus transit di sana. Pertimbangannya ialah waktu tempuh dari Indonesia ke Sri Lanka 5 jam dan dari Sri Lanka ke Saudi 5 jam.
Kecelakaan Pesawat Haji 1978, Cerita Kelam Terulang Lagi
15 November 1978, meski mengalami delay, jamaah haji asal Indonesia telah siap untuk dipulangkan menuju tanah air. Kali ini jamaah asal Kalimantan Selatan akan diterbangkan menuju Surabaya (SUB) menggunakan pesawat Douglas DC-8-63 CF registrasi TF-FLA milik maskapai asal Islandia, Loftleidir Icelandic.
Pesawat dengan nomor penerbangan LL 001 tersebut disewa Garuda Indonesia Airways untuk mengangkut jamaah haji. Dalam penerbangan dari Jeddah (JED) Saudi Arabia menuju Bandara Juanda Surabaya (SUB) pesawat direncanakan transit di Bandaranaike International Airport Colombo (CMB) Sri Lanka untuk mengisi bahan bakar dan penggantian crew. Mendengar kata Colombo pastinya akan membawa kembali ingatan kelam 4 tahun sebelumnya dimana telah terjadi kecelakaan pesawat haji 1974 yang menewaskan seluruh penumpang dan crew.
Rencana awal jama’ah asal Kalimantan Selatan itu akan dipulangkan pada siang hari. Namun karena satu dan lain hal akhirnya baru bisa diberangkatkan sore hari. Fase pertama penerbangan LL-001 ialah Jeddah ke Colombo. Pesawat DC-8 yang pertama kali terbang di tahun 1968 itu take-off dengan mulus dari King Abdul Aziz International Airport Jeddah (JED) jam 15.58 Waktu Saudi (18.28 Waktu Sri Lanka). Penerbangan yang diperkirakan memakan waktu sekitar 5 jam itu pun lancar. Kebanyakan para jamaah beristirahat selama penerbangan fase pertama.
Jam 22.53 waktu Sri Lanka, crew mulai mengontak menara pengawas Sri Lanka untuk persiapan mendarat di Colombo. Pihak Sri Lanka meminta agar Flight 001 mendarat di Runway 04. Namun crew meminta pendaratan dipindah ke runway 22 dengan pertimbangan 22 telah dilengkapi Instrument Landing System (ILS).
Fase pendaratan (approach) pun dimulai. Pesawat mulai mengurangi ketinggian dari 33.000 feet ke 22.000 feet. Jarak dari airport sekitar 90 miles. DC-8 kini dalam pengawasan Radar Control setempa. Diizinkan untuk turun ke ketinggian 2.000 feet mengikuti Instrument Landing System (ILS) ke Runway 22. Petugas ATC terus memantau jarak dan ketinggian flight 001.
Ketika dalam pantauan ATC itu tiba-tiba Flight 001 terpantau turun cepat sebelum akhirnya hilang dari pantauan radar. Petugas ATC Colombo melihat adanya ledakan di luar area bandara. Flight 001 jatuh di area perkebunan 2 km dari Runway 22, setelah sebelumnya sempat menyenggol pohon kelapa yang ada di area tersebut. DC-8 lantas menghantam tanah hingga akhirnya meledak. Sebuah tragedi menimpa penerbangan haji terulang lagi.
Masih di tempat yang sama, Colombo Sri Lanka. Juga dalam pantauan bandara yang sama, Bandaranake (saat kejadian bernama Katunayake), kode CMB. Kecelakaan Pesawat Haji 1978 mengulang lagi kenangan pahit 4 tahun sebelumnya. Tercatat 183 penumpang dan crew tewas dalam musibah ini. Sedangkan 79 lainnya selamat.
Kecelakaan Pesawat Haji 1978: Human Error atau Infrastruktur ?
Pasca kecelakaan pesawat haji 1978 di Katunayake Colombo Sri Lanka, penyelidikan pun dilakukan. Terdapat dua versi penyebab kecelakaan terburuk kedua dalam sejarah penerbangan Sri Lanka. Versi pemerintah Sri Lanka menyatakan tragedi terjadi karena human error dalam hal ini ialah kesalahan crew LL-001
Di antara faktor Human Error yang disebutkan itu ialah:
- Kegagalan crew untuk mengikuti prosedur Missed Approach.
- Kesalahan dalam pengaturan Altimeter Warning, dimana instrumen tersebut diketahui lebih rendah dari hyang seharusnya (too low)
- Crew dianggap kurang memperhatikan pesawat yang turun dengan cepat atau mengalami sink rate.
- Kesalahan komunikasi antara crew dan ATC (juga salah satu sebab Kecelakaan Pesawat Haji 1974 sebelumnya)
- Crew terlambat menyadari dan mengambil tindakan saat pesawat turun dengan cepat.
Namun versi Islandia, juga Amerika Serikat sebagai produsen pesawat DC-8, punya versi berbeda terhadap Kecelakaan Pesawat Haji 1978 ini. Pihak barat menyebut infrastrukturlah yang jadi sebab. Seperti menilai maintenance Instrument Landing System (ILS) kurang memadai. Gangguan pada Approach Lighting System (ALS) di Colombo Airport juga dianggap punya kontribusi pada Kecelakaan Pesawat Haji 1978.
Widebody Direct To Saudi Arabia
Terlepas dari perbedaan sebab kecelakaan Pesawat Haji 1978 antara versi Lokal Sri Lanka dan versi Barat (Islandia dan Amerika Serikat), di tahun-tahun setelah musibah yang memakan korban 183 penumpang itu ritual transit di Colombo (CMB) ditiadakan. Pasalnya pemerintah Indonesia melalui Garuda Indonesia mulai menerbangkan pesawat berbadan lebar (widebody).
Pesawat widebody jenis Douglas DC-10 dan Boeing 747 “Queen of The Sky” tentu lebih efisien dari segi penggunaan bahan bakar. Sehingga bisa langsung terbang dari Indonesia ke Saudi Arabia tanpa harus transit di negara ketiga seperti Sri Lanka hanya untuk mengisi bahan bakar. Hingga kini pesawat untuk menerbangkan jama’ah haji baik yang dioperasikan Garuda Indonesia maupun Saudia semuanya merupakan widebody yang bisa menempuh jarak jauh dan efisien bahan bakar. Pasca Boeing 747 pensiun biasa menggunakan jenis lain seperti Boeing 767, 777, 787 Dreamliner, maupun keluarga Airbus sekelas Airbus A 330-200 dan A 330-300 Neo.
Galeri Foto
Infografis Kecelakaan Pesawat Haji 1978 di Colombo, Sri Lanka. Sumber: Facebook Page Aeroinfographics.
Referensi
ASN Aircraft Accident McDonnel Douglas DC-8-63 CF. ASN Aircraft Safety Network
Tragedi Hajj Flight LL 001 : Nahas Kedua di Colombo. Aviation History of Indonesia
The crash of Icelandic Airlines flight LL001. Suren Ratwatte: Airline Researcher and Executive
2nd Tragic Plane Crash in Sri Lanka. Aeroinfographics.
Leave a Reply