malaysia airlines mh17 dirudal di ukraina

Malaysia Airlines MH17, Dirudal di Ukraina

Tanggal 17 Juli 2014 pesawat Boeing 777 milik maskapai Malaysia Airlines flight MH17 ditembak jatuh ketika memasuki wilayah udara Ukraina. DImana waktu itu tengah terjadi konflik antara tentara Ukraina dengan pasukan pemberontak. Pesawat rute Amsterdam-Kuala Lumur itu jadi korban salah sasaran rudal BUK punya pemberontak.

Tahun 2014 boleh dibilang merupakan tahun kelam bagi maskapai penerbangan nasional asal negeri jiran Malaysia. 5 bulan sebelumnya sebuah Boeing 777 rute Kuala Lumpur-Beijing (Flight 370) tiba-tiba hilang dari pantauan radar.

Pencarian masih dilakukan di sejumlah tempat yang diyakini jadi lokasi jatuhnya Flight 370. Belum juga tragedi tersebut terpecahkan bahkan masih misteri hingga kini, giliran Boeing 777 lainnya mengalami peristiwa nahas di Eropa Timur.

Flight 17 sejatinya merupakan penerbangan reguler dari Amsterdam ke Kuala Lumpur Malaysia. Salah satu rute favorit dan unggulan Malaysia Airlines untuk segmen Eropa. Kebetulan penerbangan ini juga jadi code share maskapai KLM milik Belanda. Berdasarkan itu, Flight 17 juga terdaftar sebagai flight number 4103 (KLM 4103). Mayoritas penumpang merupakan Warga Negara Belanda.

Kronologis Tragedi Malaysia Airlines MH17

Flight 17 take off dari Amsterdam Airport Schiphol jam 10.31 waktu setempat. Membawa 15 kru dan 283 penumpang. 193 diantaranya Warga Negara Belanda termasuk ilmuwan Joep Lange yang hendak hadiri sebuah konferensi tentang AIDS di Melbourne Australia.

Boeing 777-200 tersebut rencananya akan melewati seluruh wilayah Ukraina. Termasuk daerah timur dimana tengah terjadi konflik antara kelompok pemberontak Pro-Rusia dengan pemerintah Ukraina. Pesawat terbang di ketinggian 33.000 fleet sesuai dengan ketetapan otoritas Ukraina. Mengingat sebelumnya ada sebuah pesawat angkut militer Ukraina yang ditembak jatuh.

Malaysia Airlines bukan satu-satunya pesawat sipil komersial yang terbang di wilayah itu. Tercatat ada 3 pesawat punya maskapai asing lainnya yang terbang dalam satu jangkauan radar. Flight 17 masuk wilayah udara Ukraina dan bersiap melewati perbatasan Rusia. Cabin Crew mulai komunitasi dengan petugas ATC Dnipro Ukraina dan Rostov-Na-Donu Rusia sebelum jam 13.20 waktu setempat.

6 menit kemudian pesawat hilang dari pantauan radar. Tak ada distress message yang biasanya terjadi saat pesawat mengalami masalah atau kondisi kedaruratan lainnya. Saksi mata menyebut telah terjadi ledakan di udara. Puing pesawat tercecer di area seluas 50 km persegi. Dimana sebagian besarnya terkonsentrasi di daerah pedesaan Hrabove Ukraina. Daerah ini berada dibawah kendali kelompok pemberontak Pro-Rusia.

Konflik militer di TKP jelas menghambat Investigasi untuk mengetahui penyebab Tragedi Flight 17 tersebut. Bahkan kementerian Pertahanan Kerajaan Belanda sampai sulit untuk masuk wilayah konflik itu hingga bulan November 2014. Meski demikian dari pemberontak sendiri telah menyerahkan black box yakni Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR) kepada otoritas Malaysia.

Bersama dengan itu juga puing-puing pesawat mulai dikumpulkan. Sejumlah ahli dikumpulkan untuk meneliti dalam rangka memecahkan apa penyebab insiden yang menewaskan semua penumpang dan kru Flight 17. Berdasarkan analisa puing-puing pesawat tak ada unsur pilot error, cuaca buruk, gangguan teknis, maupun kebakaran. Namun ditemukan indikasi adanya ledakan dari missile (rudal).

Diketahui rudal tersebut merupakan jenis Surface to Air System (SA 11) ditembakkan dari Buk, yang sangat identik dengan “buatan Rusia”. Bahkan sebetulnya sistem pertahanan rudal Buk ini peninggalan Uni Sovyet. Rudal memang tak langsung menghantam badan pesawat. Namun meledak di luar pesawat namun hanya beberapa meter dari kokpit dan kabin terdepan Boeing 777-200 itu.

Ledakan langsung menewaskan semua yang ada di kabin baik itu Captain maupun First Officer. Membuat cockpit dan kabin depan (business class) terlepas lebih dulu. Sedangkan bagian sisanya termasuk sayap masih bertahan beberapa menit di udara sebelum akhirnya turut jatuh dan hancur di daratan.

Melibatkan Pihak Rusia

Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 disebut-sebut melibatkan pihak Rusia. Hal tersebut berasal dari sumber Pemerintah Ukraina yang berhasil menyadap sebuah radio contact yang mengizinkan pemberontak Pro-Rusia untuk menembak jatuh pesawat yang terbang di atas wilayahnya. Meski demikian pihak Rusia terus menyangkal hingga veto resulusi PBB agar adanya pengadilan untuk kasus penembakan Flight 17.

September 2016 penyelidik asal Belanda menyebut adanya rudal yang ditembakkan dari wilayah Ukraina. Dimana rudal beserta alat peluncurnya dibawa langsung dari Rusia. Tim penyelidik Internasional mengumumkan para tersangka penembakan MH17 akan diadili di Belanda. Mengingat mayoritas korban ialah Warga Negara Belanda.

19 Juni 2019 pengadilan Belanda memutuskan 4 orang bersalah atas keterlibatannya dalam penembakan MH17. Mereka adalah 3 orang Rusia dan 1 orang Ukraina. Satu diantaranya bernama Igor Girkin, mantan perwira FSB, dinas rahasia Rusia. Girkin merupakan komandan pasukan pemberontak Pro-Rusia di Donetsk. Penyelidik Belanda menyimpulkan adanya bukti yang menunjukkan kepemilikan Rusia atas Missle Launcher yang digunakan untuk menembak jatuh Malaysia Airlines MH17.

Malaysia Airlines MH17 Korban Ke-3

Dalam sejarah penerbangan sipil modern, Tragedi Malaysia Airlines MH17 merupakan insiden ke-3 yang melibatkan peralatan militer. Dua insiden lainnya terjadi di tahun 1983 dan 1988. Juga melibatkan instrumen militer.

1 September 1983 pesawat Boeing 747-230B milik maskapai Korean Airlines Flight 007 sedang dalam perjalanan dari Bandara John F. Kennedy New York menuju Seoul. Di tengah perjalanan pesawat tersebut dicegat dan ditembak jatuh oleh jet tempur Sukhoi SU-15 Uni Sovyet di dekat Pulau Sakhalin lantaran dikira pesawat mata-mata.

Flight 007 disebut melenceng keluar jalur hingga memasuki wilayah Sovyet sebelum ditembak hingga jatuh ke Laut Jepang. Menewaskan seluruh penumpang dan kru berjumlah 269 orang.

3 Juli 1988, giliran pesawat jenis Airbus A310 Iran Air Flight 655 ditembak rudal dari USS Vincennes di Teluk Persia. Kebetulan waktu itu sedang terjadi perang antara Irak dan Iran. Dimana Amerika Serikat ikut terlibat sebagai sekutu Irak dan mengamankan Perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz dari militer Iran.

Flight 655 berangkat dari Kota Bandar Abbas menuju Dubai, Uni Emirat Arab. Pesawat sipil itu diidentifikasi sebagai jet tempur F14 Iran yang hendak menyerang kapal USS Vincennes. Meski sempat mengirimkan panggilan radio ke pesawat itu, namun tak ada satupun respon hingga akhirnya USS Vincennes menembakkan missile dan mengenai pesawat hingga jatuh. Seluruh penumpang dan kru berjumlah 290 tewas.

Pemerintah Amerika Serikat menyesali insiden penembakan tersebut namun di sisi lain tak pernah meminta maaf. Sementara di mata warga Iran, Amerika sengaja menyerang warga sipil dan melibatkan diri dalam konflik dengan tetangga mereka, Irak.

Referensi

Malaysia Airlines flight 17: Aviation Disaster, Ukraine 2014. Britannica.

Mengenang Korean Air 007, Korban Perang Dingin Soviet-AS yang Dirudal Gegara Insiden “Mata-mata”. KabarPenumpang.Com

Hari Ini Dalam Sejarah: Pesawat Iran Air Ditembak Jatuh AS, 290 Orang Tewas. Kompas.Com.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *