panggung krapyak jogja bagian sumbu filosofis nyaris terlupakan

Panggung Krapyak Jogja : Sumbu Filosofis Nyaris Terlupakan

Dibangun Sultan Hamengku Buwono I tahun 1782, Panggung Krapyak Jogja merupakan bagian dari sumbu filosofis. Berada satu garis lurus dengan Kraton dan Tugu Golong Gilig. Sayang karena posisinya kurang strategis membuatnya seolah terlupakan.

Pendahuluan

Istilah sumbu filosofis memang baru kali ini aja mulai dikenal oleh masyarakat. Sebetulnya ini telah ada sejak lama. Berupa bangunan yang berada dalam satu garis lurus imaginer. Garis tersebut sebenarnya bermula dari Pantai Parangtritis dan berakhir di Gunung Merapi. Nah dalam satu garis tersebut ada tiga buah bangunan. Salah satunya adalah Kraton Jogja.

Kemudian siapapun pasti mengenal tugu Pal Putih. Tempat ini menjadi spot fotografi favorit dan simbolnya Jogja. Seolah belum ke Jogja kalo belum sempat mengabadikan tugu yang awalnya bernama Golong Gilig ini. Namun sebetulnya ada satu spot lagi dalam satu sumbu dengan Tugu dan Kraton Jogja.

Karena posisinya kurang strategis membuatnya jarang dikunjungi oleh wisatawan. Padahal spot ini dengan Tugu Golong Gilig sebetulnya memiliki makna yang satu sama lain tak bisa dipisahkan. Apakah nama spot tersebut dan dimanakah posisinya?

Panggung Krapyak Jogja : Seperti Benteng Kecil

Bangunan yang dimaksud berada di Kecamatan Sewon Bantul. Memang satu garis lurus dengan Kraton Jogja dan Tugu Pal Putih. Namun posisinya udah masuk ke daerah pinggiran. Selain itu juga bukan di jalanan utama.

Dibangun pada tahun 1782 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bangunan ini berbentuk trapesium dan menyerupai benteng kecil. Namanya adalah Panggung Krapyak. Seperti halnya Tugu, Panggung Krapyak ini berada di perempatan. Bedanya bukan yang ramai dengan lalu lintas karena sekali lagi bukan berada di jalan utama strategis.

bangunan segilima mirip benteng kecil

Panggung Krapyak Jogja : Sebenarnya Nggak Bisa Dipisahkan Dengan Tugu

Dibangun pada masa Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang notabene kelanjutan Kesultanan Mataram Islam. Namun siapa sangka unsur agama Hindu Jawa masih digunakan di sini. Bangunan berbentuk segilima ini melambangkan seorang wanita. Sedangkan Tugu Golong Gilig yang terletak 6 km sebelah utara itu lambang laki-laki.

Berdasarkan mitologi Hindu Jawa tersebut Panggung Krapyak dan Tugu Golong Gilig sebenarnya nggak bisa dipisahkan. Namun bila melihat dari sisi lain, baik Krapyak, Kraton, dan Tugu semuanya berada dalam satu sumbu filosofis. Dimana itu merupakan titik keseimbangan wilayah Kesultanan Ngayogyakarta antara Laut Selatan dengan Gunung Merapi.

bagian dalam panggung krapyak jogja

Kurang Strategis Jadi Aja Nggak Banyak Dikunjungi (Seolah Terlupakan)

Panggung Krapyak ini letaknya memang nggak sestrategis Kraton atau Tugu Pal Putih. Bahkan cenderung agak terpencil dan bukan berada di jalur utama. Meskipun di perempatan juga seperti halnya Tugu Pal Putih. Inilah alasan kenapa bangunan bersejarah ini masuk ke katagori destinasi Underrated di Jogja.

Nggak banyak yang mengunjungi Panggung Krapyak seperti halnya Kraton atau perempatan Tugu Pal Putih. Akses transportasi umum terdekat pun adanya di Halte Pasty depan ex-Stasiun Dongkelan. Tempat pemberhentian Bus Transjogja. Keberadaannya yang sedikit nyempil meski masuk sumbu filosofis membuatnya seolah terlupakan.

sebenarnya nggak jauh dari dongkelan

Panggung Krapyak Jogja : Angin Segar Dari UNESCO

Pada bulan Oktober 2023, Badan PBB yang mengurusi sosial budaya telah menetapkan Sumbu Filosofis sebagai Warisan Budaya. Tentu ini merupakan angin segar bagi Panggung Krapyak yang selama ini terpinggirkan dan jadi underrated. Sebagai bagian dari Sumbu Filosofis tersebut.

Di Jogja sendiri Dinas Pariwisata setempat juga telah membuka semacam city tour gratis. Dengan destinasi Sumbu Filosofis yang artinya juga mencakup benteng kecil ini. Semoga saja ke depannya bangunan bersejarah ini jadi lebih banyak kunjungan. Karena masuk dalam Sumbu Filosofis.

Kesimpulan

Panggung Krapyak Jogja dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I tahun 1782. Bersama dengan Tugu Golong Gilig (Pal Putih), unsur mitologi Hindu Jawa masih melekat di sini. Bentuk segilima merupakan representasi wanita sedangkan bangunan tugu adalah laki-lakinya. Sehinga dari mitologi ini keduanya nggak bisa dipisahkan.

Sayangnya karena posisi kurang strategis menjadikannya destinasi wisata Underrated. Keberadaannya seolah terlupakan. Untungnya di bulan Oktober 2023 UNESCO menetapkan Sumbu Filosofis sebagai Warisan Budaya. Sehingga turut memberi angin segar bagi bangunan bersejarah ini. Semoga semakin banyak kunjungan di masa depan.

Misteri Sebuah Kursi

Bagi kamu yang udah sempat mengunjungi Panggung Krapyak Jogja, khususnya pasca Pandemi Covid-19, pastinya melihat keberadaan sebuah kursi di dalam bangunan tersebut. Pastinya kamu akan bertanya-tanya untuk apakah kursi tersebut? Apakah sekedar ditaruh di situ tanpa makna apapun? Ataukah ada hal lain?

Banyak spekluasi beredar terutama di media sosial. Nggak sedikit yang mengaitkannya dengan sosok Nyi Roro Kidul. Namun sebenarnya kursi tersebut adalah milik Kraton Jogja. Sengaja dibawa dari Kraton untuk sebuah acara bernama Chaos Madang yang memang diadakan di sana sekitar tahun 2020.

Jadi sebetulnya penempatan kursi di tengah itu nggak ada maksud apapun. Kecuali hanya sekedar efisiensi saja. Bila acara tersebut diadakan lagi nggak harus bolak balik membawa kursi itu dari Kraton. Secara pintu benteng itu sendiri dalam keadaan terkunci dan kursi yang merupakan properti Kraton tetap aman di dalamnya.

kursi dari kraton yang selalu jadi pertanyaan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *