Penerbangan Bandung Jakarta dan Prospek Ke Depan

Penerbangan Bandung Jakarta sebenarnya udah berlangsung sejak dahulu. Meski sempat vakum bersamaan dengan dioperasikannya Jalan Tol Cipularang pada tahun 2004. Bagaimana nasibnya setelah nanti Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) beroperasi di tahun 2022/2023?


[INFOGRAFIS] Penerbangan Bandung Jakarta dan Prospek ke Depannya

Sebetulnya sah-sah aja dan nggak salah dua kota bertetangga yang jaraknya bila ditempuh lewat darat cuma 3 jam punya rute penerbangan. Tentunya kalo naik pesawat waktu tempuhnya bisa lebih singkat lagi dong. Biasanya 3 jam ini karena terbang bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Di negara lain pun wajar aja kok.

Contoh dari Madinah ke Jeddah bisa ditempuh lewat darat sekitar 4-5 jam. Tapi kedua kota tersebut punya rute penerbangan dengan waktu tempuh kurang lebih 25 menit. Nah kasus yang sama terjadi di koridor Jakarta Bandung.

Pilihan moda transportasi penghubung kedua kota bertetangga ini udah lengkap banget. Mulai dari travel, bus (dari bumel sampe express bus), kereta api (all classes) hingga pesawat. Malah sebenarnya orang lebih senang traveling naik kendaraan sendiri dari Bandung ke Jakarta maupun sebaliknya. Karena itu tadi jaraknya terbilang pendek.

Penerbangan Bandung Jakarta Sebelum Tol Cipularang

Kedua kota sejatinya udah terhubung jalur penerbangan sejak era kolonial dulu. Termasuk pada zamannya masih ada Bandara Kemayoran di Jakarta (tahun 50-80an). Di tahun 1990-an penerbangan perintis kedua kota yang cukup dikenal menggunakan pesawat jenis CN 235 milik maskapai Merpati Nusantara Airlines. Layanan penerbangan pengubung bandara Husein Sastranegara (BDO) dan Halim Perdanakusuma (HLP).

Dulu Bandara Halim Perdanakusuma (HLP) belum jadi bandara komersial seperti sekarang. Dulu bandara ini dikhususkan sebagai pangkalan udara TNI AU dan untuk kepentingan penerbangan VVIP. Walaupun sejak tahun 1975 sempat difungsikan sebagai Bandara Internasional sementara sampai dibukanya Soekarno Hatta (CGK) tahun 1985.

Namun demikian HLP masih melayani sejumlah penerbangan sipil tertentu. Salah satunya rute Jakarta-Bandung yang dilayani maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA) dengan armada CN-235 nya. Merpati melalui visinya “Jembatan Udara Nusantara” memang udah jadi trademark rute-rute pendek di tahun 1990-an dan jadi bagian dari Garuda Indonesia.

Sukses Merpati garap rute Jakarta-Bandung lantas diikuti oleh Sempati Air. Nggak cuma itu maskapai milik Tommy Soeharto itu bahkan membuka layanan penerbangannya dari Bandara Soekarno Hatta, selain dari Halim juga tentunya. Sayang krisis ekonomi 1998 membuat rute ini terkena imbas. Belum lagi Merpati yang akhirnya berpisah dari Garuda.

Geliat penerbangan Bandung Jakarta kembali di awal millenium. Kali ini giliran Deraya yang menggarap rute tersebut. Masih melalui Bandara Halim Perdanakusuma (HLP), pesawat jenis Grand Caravan digunakan di rute ini. Merpati juga masih punya jadwal penerbangan di tahun 2000-an.

Sayangnya penerbangan dua kota bertetanggan ini lantas terhenti dan vakum bersamaan dengan beroperasinya Jalan Tol Cipularang. Keberadaan tol bisa mempersingkat waktu tempuh jadi 2 jam 30 menit bahkan kurang dari itu. Sehingga masyarakat seperti beralih ke kendaraan pribadi maupun moda transportasi jalan raya seperti travel dan sejenisnya.

Menjamurnya travel di awal beroperasinya Cipularang otomatis membuat penerbangan nggak lagi dilirik. Jangankan itu, kereta api legendaris yakni KA Parahyangan akhirnya harus berhenti beroperasi sejak 27 April 2010 gegara okupasinya sangat minim. Sehingga digabung dengan Argo Gede jadi Kereta Api Argo Parahyangan.

ATR-72 Citilink dan Wings Air Kembali Terbangi Dua Kota Bertetangga

Ternyata fungsi jalan tol untuk mempercepat traffic hanya untuk jangka pendek. Lambat laun jalan tol mulai sering dilanda kemacetan. Terutama di akhir pekan dan hari-hari libur. Ketika banyak warga Jakarta menyerbu Bandung untuk berlibur. Kemacetan tersebut membuat angkutan umum kembali berdenyut. Seperti KA Argo Parahyangan dan Serayu yang okupasinya hampir selalu terisi penuh.

Sehingga PT. KAI ambil kebijakan perpanjangan rute KA Argo Wilis, Malabar, Mutiara Selatan dan Turangga hingga ke Jakarta guna menggarap segmen Bandung-Jakarta yang gemuk. Sebelumnya telah ditambahkan kereta wisata jenis Priority dan mengoptimalkan sejumlah rangkaian idle.

Begitupula di Penerbangan, tentunya ini jadi peluang bisnis baru. Penerbangan Bandung Jakarta hidup lagi di tahun 2017. Ditandai dengan maskapai penerbangan Wings Air milik Lion Group yang mulai membuka rute legendaris ini dengan pesawat ATR-72. Rutenya pun Husein Sastranegara (BDO) – Halim Perdanakusuma (HLP). Seolah membuka lagi memori layanan Merpati di tahun 1990-an dan Deraya di awal 2000-an.

Sukses Wings Air diikuti Citilink yang ikut menggarap rute ini beberapa saat setelah pengoperasian pesawat ATR-72. Kabar baiknya lagi Bandara Halim telah beroperasi secara komersial. Jadi penerbangan dari Bandung (BDO) bisa dijadikan sebagai feeder ke kota-kota lain yang dilayani Citilink, Lion Air dan Batik Air.

Bagaimana Prospeknya Setelah Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Beroperasi tahun 2022/2023?

Saat ini pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang akan dioperasikan KCIC masih berlangsung. Rutenya membentang dari Halim ke Tegaluar dengan persinggahan di Karawang dan Walini. Dibikin sejajar Jalan Tol Cikampek dan Purbaleunyi. Kereta Cepat dibangun untuk mempersingkat konektivitas kedua kota jadi hanya 45 menit saja.

Nah kereta cepat ditarget mulai beroperasi tahun 2022 atau 2023. Lantas bagaimana prospek penerbangan Bandung Jakarta setelah kereta cepat beroperasi? Apalagi start-nya sama-sama dari Halim? Harusnya sih pesawat tetap aja terbang. Karena toh rute Bandung-Jakarta nya Citilink dan Wings Air terkoneksi dengan jadwal penerbangan menuju kota-kota lain dari Halim Perdanakusuma (HLP).


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *