Keliatannya memang terlalu sepele, cuma gardu perlintasan kereta api. Jangan salah, PJL Braga merupakan bagian dari 2 sejarah besar di Bandung. Pertama, bagian dari Sejarah Perkeretaapian Tanah Priangan. Kedua, bagian tak terpisahkan dari Bragaweg yang legendaris. Ada yang unik di sini, karena sangat dekat dengan pusat kota, bila kereta penih dan pelan ada aja yang bandel turun di sini. Alih-alih di Stasiun Bandung.
Pendahuluan
Jejak sejarah yang bisa dijadikan destinasi wisata gratisan nggak harus yang muluk-muluk atau mencolok. Kadang yang keliatannya sederhana aja bisa jadi punya nilai sejarah di masa lalu. Terutama yang berkaitan dengan moda transportasi umum.
Sekilas konten ini memang tentang sejarah dan harusnya masuk ke Heritage. Namun karena merupakan sarana penunjang transportasi umum jadilah dimasukkan ke segmen tersebut.
Fungsi Perlintasan Jalan Raya atau PJL
Perlintasan Jalan Raya atau biasa dikenal dengan istilah PJL dalam perkeretaapian adalah simpangan antara jalan raya dengan rel kereta api. Umumnya ditandai dengan palang pintu dan sirine apabila kereta hendak lewat di daerah tersebut.
Keberadaannya tak lain untuk keselamatan perjalanan kereta itu sendiri. Sejatinya itu bukan merupakan rambu lalu lintas. Namun bila kereta hendak lewat, kendaraan lain harus mengalah untuk mendahulukan perjalanan kereta.
PJL Braga Aslinya di Jalan Terusan
Di antara gardu perlintasan pengaman perjalanan kereta api ialah PJL 162 yang terletak di Jalan Braga Kota Bandung. Lebih tepatnya sih terusan Braga. Mengingat Jalan Braga (Bragaweg) aslinya ialah area komersial yang terdiri dari toko dan cafe yang berderetan.
Telah ada sejak era Kolonial dan sangat melegenda. Khususnya di Kota Bandung. Bahkan kuliner peninggalan Belanda masih ada yang eksis hingga kini seperti Sumber Hidangan (d/h Het Snoephuis).
Seperti halnya destinasi kuliner yang menjual Roti dan Kue itu, PJL 162 sejatinya juga telah eksis sejak era Kolonial. Keberadaannya nggak bisa lepas dari pembangunan jalur KA Jakarta-Bandung dan terusannya hingga ke Priangan Timur dan Jawa Tengah. Mengapa Jakarta-Bandung? Jalur tersebut awalnya memang dibuat hingga ke Cicalengka.
PJL Braga antar Bragaweg dan Sejarah Kereta Api Bandung
PJL 162 lebih dikenal masyarakat umum sebagai PJL Braga karena posisinya tepat di Jalan Braga Kota Bandung. Keberadananya sejak era Kolonial bahkan di antara 2 sejarah berbeda yakni Bragaweg dan Kereta Api Bandung. Sebagai bagian dari Bragaweg yang legendaris, lokasinya ada di sebelah utara yang dahulunya merupakan kawasan gedung perkantoran hingga tangsi Militer.
Beberapa Kali Alami Rekayasa Lalu Lintas
Awalnya PJL dibuat untuk dua arah, namun seiring berjalannya waktu dan rekayasa lalu lintas, PJL dibuat untuk satu arah. Di tahun 1980an hingga awal 2000an awal, traffic dari arah selatan ke utara. Sehingga pintu PJL-nya dipasang di sebelah selatan dekat gedung Bank Mandiri.
Namun sekitar tahun 2005 karena kepadatan di Kota Bandung yang makin meningkat, Dinas Perhubungan dan Kepolisian kembali melakukan rekayasa lalu lintas.
Dari arah selatan nggak bisa lagi langsung ke utara melewati PJL Braga, tapi mesti belok kiri dulu melewati Viaduct baru bisa ke Jalan Wastukencana untuk selanjutnya ke arah Dago, Setiabudi hingga Lembang. Sebaliknya yang melewati PJL itu ke arah selatan. Baik dari Perintis Kemerdekaan maupun Merdeka. Intinya ke Selatan pasti lewat PJL ini.
Bangunan PJL Braga kini udah pake yang baru. Meski demikian gardu lama masih ada dan dilestarikan sebagai bangunan Cagar Budaya. Keberadaannya sebagai saksi sejarah Kereta Api Tanah Priangan dan Jalan Braga bisa dijadikan sebagai destinasi wisata gratisan. Meski sebatas untuk foto-foto.
Di Sinyal Masuk Stasiun Bandung, Kereta Api Berjalan Pelan
Pintu Perlintasan bersejarah ini sejatinya berada di sinyal masuk Stasiun Bandung. Makanya jangan heran kalo setiap kereta api yang melintas di sini selalu berjalan pelan.
Mungkin kalo menyaksikan KA Lokal Bandung Raya atau Elok Cibatu sih nggak usah heran. Masalahnya kadang rangkaian kereta api jarak jauh (KAJJ) pun kerap berjalan dengan kecepatan rendah bahkan sampai berhenti lantaran tertahan sinyal.
Nggak jarang kereta berhenti di sini gegara tertahan sinyal itu. Malah dulu sebelum Pandemi Covid-19 yang menyebabkan berbagai pengetatan KA Lokal Baraya sering penuh.
Dalam kondisi kereta penuh dan berjalan sangat pelan apalagi sampe berhenti di sini, nggak sedikit penumpang Lokal itu yang akhirnya malah turun di sini. Mendadak berubah fungsi jadi semacam pos pemberhentian gitu walaupun sebetulnya nggak ada.
Bagian dari Sejarah Bahkan Pernah Ada Percabangan
Memang sih dekat sini dulu pernah ada percabangan yang tersambung dengan jalur utama. Yakni jalur dibuat oleh Pabrik Tapioka, dimana bekas bangunanya sekarang jadi Gedung Bank Mandiri. Jadi kalopun pernah ada semacam stoplet di sini bisa jadi keberadaan pabrik dan percabangannya itu.
Intinya PJL 162 Braga merupakan bagian dari sejarah Kota Bandung khususnya Bragaweg. Juga sejarah Kereta Api Bandung dan Tanah Priangan. Karenanya terutama gardu lama layak untuk jadi objek wisata sejarah gratisan.
Untuk akses transportasi umum ke sini tersedia Bus Damri rute Dago-Leuwipanjang dan Cicaheum-Cibereum. Dimana halte terdekat berada di depan Gedung Bank Indonesia dan seberang BJB Syariah.
Galeri Foto




Leave a Reply