pura pakualaman destinasi wisata lumayan underrated

Pura Pakualaman : Destinasi Wisata Lumayan Underrated di Jogja

Pura Pakualaman merupakan bagian dari sejarah berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat yang berasal dari Kesultanan Mataram. Sayangnya karena masih menjaga kesakralan, nggak banyak wisatawan yang berkunjung ke sini. Meski terletak di lokasi yang cukup strategis dan ada kulinernya juga.

Pendahuluan

Bila berbicara tentang sejarah berdirinya Jogja pasti nggak akan lepas dari Kesultanan Mataram dan Kraton Ngayogyakarta. Namun ada satu yang sepertinya terlupakan. Padahal ini termasuk bagian cukup penting dari perjalanan sejarah Jogja.

Kraton sendiri telah lama menjadi destinasi wisata bagi mereka yang berkunjung ke Jogja. Apalagi posisinya masih sejalur dan sangat dekat dengan Kawasan Malioboro. Cuma untuk yang satu ini meski secara lokasi masih strategis dan di jalan utama tapi nggak banyak dikunjungi. Mengapa bisa terjadi demikian?

Kadipaten dan Pura Pakualaman : Berdiri pada masa Penjajahan Inggris

Kadipaten Pakualaman didirikan pada 29 Juni 1813 dengan Pangeran Notokusumo sebagai Adipati Pakualam 1 atau pimpinannya. Keberadaannya tak lepas dari campur tangan penjajah (Inggris). Selanjutnya kepemimpinan dilaksanakan secara turun-temurun seperti lazimnya sistem monarki.

Pada periode awal kekuasannya meliputi daerah yang sekarang jadi Kecamatan Pakualaman dan Kabupaten Adikarto di pesisir selatan Kulonprogo. Jadi bisa disimpulkan wilayah ini berdiri pada masa penjajahan Inggris. Kadipaten Pakualaman waktu itu terpisah dari Kraton Ngayogyakarta.

Adapun Pura Pakualaman merupakan tempat tinggal resmi Adipati Pakualam sebagai pimpinan tertinggi. Di awal kemerdekaan Indonesia, bersama Kesultanan Ngayogyakarta menyatakan bergabung dengan NKRI dan dua wilayah ini menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta setingkat provinsi.

Pura Pakualaman : Sebetulnya Strategis dan Mudah Dijangkau

Di masa kini, lokasi Pura Pakualaman sebetulnya strategis dan mudah dijangkau. Berada di Jalan Sultan Agung yang sejalur dengan Kusumanegara. Bahkan di depannya tersedia Bus Stop (Halte) Pakualaman untuk layanan Teman Bus Koridor 1 jurusan Bandara Adisucipto. Dengan Teman Bus bisa naik langsung dari Kawasan Malioboro untuk ke sini.

Pura Pakualaman : Lebih Sepi karena Menjaga Kesakralan

Namun sayangnya meski bisa dijadikan destinasi wisata, nggak banyak yang bisa dilakukan di sini. Hal tersebut karena pihak Pakualaman masih sangat menjaga kesakralan tempat tersebut. Bahkan ketika masuk ke dalam, pengunjung nggak bisa masuk ke pendopo sebagaimana di Kraton.

Jadi hanya sebatas di pekarangannya aja. Paling banter hanya bisa mengabadikan dalam bentuk foto. Sedikit info, aktivitas fotografi diizinkan di area pekarangan yang memang diperuntukkan wisatawan.

Kesakralan lainnya yang sangat dijaga ialah lambang yang nggak bisa dipake sembarangan apalagi dikomersialkan. Termasuk dijadikan profile picture di media sosial. Makanya di sini nggak ada yang jualan souvenir seperti Kraton.

Berdasarkan sejarah, Kadipaten Pakualaman itu terpisah dengan Kesultanan Ngayogyakarta sejak tahun 1813. Sehingga otomatis memiliki lambang sendiri yang berbeda dengan Kraton.

Tetap Bersahabat Untuk Solo Traveler

Namun ada sisi baiknya terutama bagi kaum Solo Traveler. Pihak Pakualaman sangat welcome dan tetap terbuka untuk dikunjungi. Hanya saja harus mematuhi beberapa syarat. Karenanya untuk Pura Pakualaman lebih direkomendasikan sebagai destinasi Solo Traveling.

Gimana dengan rombongan tour? Walaupun memungkinkan tapi sepertinya agak sulit. Balik lagi ke kesakralan itu tadi. Di sini untuk pengambilan foto aja nggak bisa ngasal dan harus mendapatkan izin dari petugas.

Apalagi kalo berisik itu sangat dilarang. Karena rombongan besar gitu ada kecenderungan berisik. Beda dengan Solo Traveling, atau kelompok kecil dengan jumlah maksimal 2-3 orang.

Termasuk Destinasi Wisata Underrated di Jogja

Biasanya kalo berkunjung ke Jogja, untuk city tour nggak akan lepas dari dua tempat yakni Kraton dan Malioboro. Keduanya memang sejalur. Kraton itu meliputi Museum, Istana dan Taman Sari. Sedangkan Pura Pakualaman itu boleh dibilang nggak pernah masuk dalam destinasi.

Paling banter hanya dikunjungi oleh mereka yang Solo Traveling. Alasan terkuat jarang dikunjungi dan underrated adalah tetap menjaga kesakralan itu tadi. Tempatnya juga kecil dan di sini nggak ada museum.

Tersedia Area Kuliner di Depan Pura Pakualaman

Kabar baiknya bagi kamu yang ingin Solo Traveling dan berkunjung ke sini tetap ada area kuliner. Tepat di depan Pura Pakualaman, area parkiran. Di sini kebanyakan yang dijual adalah makanan ringan. Ada juga yang jual nasi goreng. Tentu dengan harga terjangkau.

Kesimpulan

Pura Pakualaman mulai digunakan sebagai tempat tinggal resmi bersamaan dengan berdirinya Kadipaten Pakualaman. Karena masih menjaga kesakralan, tempat ini nggak banyak dikunjungi. Meskipun tetap ada yang datang tapi kebanyakan adalah mereka yang Solo Traveling.

Tempatnya juga kecil dan nggak ada museum sebagaimana di Kraton. Meskipun begitu masih ada area kuliner di halaman parkir.

Galeri Foto


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *