Catatan Perjalanan tanggal 16 Juli 2019 untuk melihat progress Revitalisasi Stasiun Garut yang terakhir kali melayani perjalanan kereta api tahun 1984. Selama status non-aktif stasiun ini tetap terawat meski jalur rel kereta banyak diokupasi bangunan. Malah sempat jadi kantor ormas. Kini stasiun telah jadi sepenuhnya dan siap kembali melayani penumpang meski tertunda gara-gara Coronavirus.
Terakhir kali kereta api melayani masyarakat Garut Kota pada tahun 1984. Ketika itu sudah banyak lintas cabang yang di tutup. Di wilayah Daop 2 Bandung sendiri ini adalah lintas cabang terakhir yang masih beroperasi. Sebelumnya jalur Bandung-Ciwidey, Kiaracondong-Karees dan Banjar-Cijulang telah lebih dulu ditutup sementara. Tak hanya itu jalur Rancaekek-Tanjungsari bahkan lebih dulu hilang. Dibongkar di masa pendudukan Jepang tahun 1942.
Sebetulnya jalur kereta api menuju Garut punya sejarah panjang. Seniman sekelas Charlie Chaplin pernah menikmati jalur ini. Namun sayang perawatan minim, sarana dan prasarana yang sudah uzur, ditambah persaingan dengan angkutan jalan raya seperti angkot, bus dan truk membuat jalur ini merugi. Belum lagi masih sangat mengandalkan armada lokomotif uap CC 50 yang tinggal ampas.
Karenanya jangan heran kalo orang banyak beralih ke angkutan jalan raya. Begitupun distrubusi logistik menggunakan truk dianggap lebih efisien daripada kereta api. Bisa point-to-point, satu keunggulan yang tak dimiliki oleh angkutan berbasis rel yang masih station-to-station. Kerugian yang terus menerus membuat pihak operator tak punya pilihan lain selain menutup sementara jalur legendaris ini.
Angin Segar dari Presiden dan Gubernur Jawa Barat
Wacana untuk mengaktifkan lagi jalur ini terus bergulir dari waktu ke waktu. Di tahun 1990-an sempat ada rencana dari Kementerian Perhubungan. Bahkan direncanakan akan diperpanjang hingga kawasan Pantai Selatan Garut untuk mendukung Pariwisata. Sayang Krisis Moneter tahun 1998 membuat rencana itu buyar. Alih-alih dipersiapkan untuk dilewati lagi kereta api, sebagian besar jalur malah diisi bangunan semi permanen hingga permanen.
Baru di tahun 2014, Presiden merencanakan untuk mengaktifkan lagi sejumlah jalur kereta api peninggalan Belanda. Termasuk jalur Cibatu-Garut. Reaktivasi menjadi bagian dari pembangunan infrastruktur masif di tahun itu. Meski jalan tol masih jadi prioritas karena bisa digunakan dalam jangka pendek.
Di tahun 2018 Gubernur Jawa Barat akhirnya memastikan 4 jalur kereta api non-aktif di Jawa Barat akan diaktifkan lagi. Dimana jalur Cibatu-Garut jadi yang paling pertama diaktifkan lagi. Pertimbangannya lintasan ini tak terlalu panjang. Tak banyak bangunan yang harus dibebaskan karena masyarakat menyewa dari PT. KAI selaku pemilik lahan. Itu artinya harus siap bila pihak operator ingin kembali menggunakan lahan tersebut.
Revitalisasi Stasiun Garut yang Sempat Jadi Kantor Ormas
Reaktivasi jalur rel mati Cibatu-Garut tentu memberi angin segar untuk Stasiun Garut. Bangunan stasiun terbilang awet dan sangat terjaga. Itu karena selama non-aktif dan tak difungsikan sebagai stasiun kereta api, bangunan ini disewa untuk dijadikan kantor Ormas. Tentunya bangunan utama masih bisa difungsikan lagi sebagaimana mestinya ditambah beberapa bangunan baru. Mengingat bangunan utama termasuk cagar budaya yang harus dilestarikan.
Direncanakan Revitalisasi Stasiun Garut akan menjadikan stasiun ini lebih besar dari sebelumnya. Diperkirakan stasiun akan punya banyak jalur. Bahkan disebut akan menjadi salah satu stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara.
Dipersiapkan pula jalur menuju Stasiun Cikajang mengingat sejatinya jalur ini nggak berakhir sampe di Stasiun Garut. Melainkan hingga ke Cikajang. Dimana Stasiun Cikajang hingga kini masih jadi stasiun tertinggi di Indonesia. Meski statusnya non-aktif. Namun untuk rencana awal reaktivasi memang hanya sampai Stasiun Garut. Jadi untuk sementara stasiun ini akan jadi terminus.
Perjalanan Menuju Stasiun Garut
Nah terus gimana proses perjalanan saat menyaksikan Revitalisasi Stasiun Garut pada 16 Juli 2019? Seperti biasa naik kereta api Pangandaran dari Stasiun Bandung ke Cibatu, Ini boleh dibilang sebagai fase awal dari Bandung Garut naik Kereta Api Pangandaran. Meski sejatinya tujuan akhir kereta tersebut ke Stasiun Banjar. Begitu turun di Stasiun Cibatu perjalann pun dilanjutkan menggunakan moda transportasi angkot.
Angkotnya terbilang unik. Nggak seperti angkot pada umumnya. Terutama dalam hal formasi tempat duduk. Biasanya kalo angkot kan berhadapan membelakangi jendela. Nah ini lain. Malah dibikin searah. Jadi mirip mobil jemputan gitu. Armada yang digunakan Suzuki Carry tahun 1990-an. Udah cukup tua sih tapi masih bisa berjalan. Meski demikian kita nggak punya pilihan lain dari Cibatu menuju Garut Kota.
Perjalanan dari Cibatu ke Garut memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Di perjalanan kita juga akan menyaksikan proses reaktivasi jalur rel mati Cibatu Garut. Detil perjalanan bisa dilihat di sini: Bandung Garut Naik Kereta Api Pangandaran.
Tujuan akhir angkot ini ialah Terminal Guntur Garut. Namun kita nggak akan sampe ke sana dan turun di titik terdekat menuju Stasiun Garut. Menjelang Stasiun Garut banyak banget reruntuhan bangunan yang baru aja dibongkar untuk kepentingan pemasangan rel tentunya. Meski masih terbilang utuh, rel menuju Stasiun Garut mesti diganti karena udah lama dan nggak ada perawatan.
Nah memanfaatkan waktu istirahat setelah lelah dalam perjalanan hampir 3 jam dari Bandung. Kebetulan di depan Stasiun Garut ada rumah makan Ayam Geprek. Harganya cukup bersahabat dan menerima pembayaran non-tunai pake OVO. Letak rumah makan ini percis berada di tikungan depan Stasiun Garut. Jadi bila nanti stasiun sudah beroperasi normal, bisa jadi rumah makan ini lebih rame dari sekarang.
Saat ini Stasiun Garut sudah 100% jadi malah sudah diujicoba kereta inspeksi dan kereta penumpang idle. Rencana awal akan diaktifkan sekitar bulan April 2020. Sayang wabah Coronavirus membuyarkan rencana tersebut. Stasiun Garut harus bersabar lagi untuk bisa kembali menjalani fungsi aslinya setelah selama 30 tahun lamanya tertidur dan beralih fungsi menjadi kantor ormas.
Leave a Reply