rute penerbangan garuda domestik lebih di push

Rute Penerbangan Garuda Domestik Lebih di Push

Rute penerbangan Garuda Domestik harusnya lebih di push ketimbang bermain di internasional tapi sepi dan nggak menghasilkan profit. Selain biaya leasing kemahalan, sejumlah rute penerbangan ternyata ikut memberikan kontribusi pada kerugian perusahaan. Sehingga berimbas pada krisis keuangan seperti sekarang. Jadi lebih baik fokus di domestik dan rute internasional yang memang lebih menghasilkan.

Pendahuluan

Akhir-akhir ini berita tentang maskapai kebangaaan Indonesia, Garuda Indonesia Airways, memang lagi jadi trending topic. Bagaimana nggak, perusahaan penerbangan BUMN tersebut menanggung kerugian sebesar 70 Trilyun.

Nggak hanya itu perusahaan juga masih punya hutang gaji kepada karyawan yang jumlahnya mencapai 300 Milyaran. Kerugian besar sampai memunculkan wacana Pailit hingga Pembubaran Garuda. Tentunya kita nggak mau itu terjadi.

Cerita Maskapai BUMN Pailit : Swissair

Bicara soal maskapai penerbangan BUMN atau BUMN yang pailit memang bukan cerita baru. Tercatat Swissair, maskapai BUMN punya Swiss, pernah mengalaminya di tahun 2001. Penyebabnya setali tiga uang sama Garuda sekarang.

Utang perusahaan menggunung dan kesulitan pembayaran. Setelah Swissair dinyatakan bangkrut, semua asset dan kewajiban dilimpahkan ke Crossair. Dari situ, Crossair dikembangkan untuk dijadikan maskapai baru bernama Swiss International Airlines, gantinya Swissair.

Japanese National Railway (JNR) Pailit dan Diprivatisasi

Contoh lainnya BUMN pailit ialah Japanese National Railway (JNR) dengan penyebab lagi-lagi kerugian dan utang besar. Di tahun 1987 operator kereta BUMN Jepang itu diprivatisasi hingga menjadi Japan Railway Group (JR Group)

Kemudian dibagi ke dalam 7 entitas berbeda: Central Japan Railway Company (JR Central), East Japan Railway Company (JR East), Hokkaido Railway Company (JR Hokkaido), Kyushu Railway Company (JR Kyushu), Shikoku Railway Company (JR Shikoku), West Japan Railway Company (JR West), dan JR Freight (JRF).

Konsekuensi dari privatisasi tersebut ialah sejak 1987 Jepang nggak lagi punya operator kereta api nasional (BUMN). Entitas yang dibagi-bagi itu sejatinya lebih merupakan perusahaan swasta.

Kereta yang masih dioperasikan pemerintah biasanya yang berskala lokal dan sebatas melayani wilayah perkotaan. Misalnya subway yang dioperasikan oleh Pemerintah Kota Tokyo melalui Tokyo Metropolitan Bureau of Transportation (TOEI Transportation).

Solusi Penyelamatan Garuda Indonesia

Nah solusi seperti Swissair dan JNR itu tengah diwacanakan demi menyelamatkan Garuda Indonesia juga. Cuma masalahnya masyarakat tentu nggak akan mau kehilangan National Air Flag.

Apalagi Garuda kini merupakan satu-satunya BUMN penerbangan yang tersisa. Sebelumnya ada Merpati dan sekarang udah dilikuidasi. Tentunya kita semua nggak ingin Garuda senasib Merpati. Namun itulah yang akan terjadi bila mengambil langkah seperti pada kasus Swissair dan JNR.

Rute Penerbangan Garuda Domestik Harusnya Lebih Dimaksimalkan

Kerugian besar perusahaan dan utang yang mencapai 70T banyak diakibatkan oleh leasing yang kemahalan untuk sejumlah armada pesawat yang dioperasikan Garuda Indonesia.

Begitu juga rute-rute penerbangan terutama Internasional dinilai kurang berkontribusi maksimal dan justru malah mendatangkan kerugian. Penumpang sepi di sisi lain biaya operasional tetap harus berjalan. Seperti terjadi pada rute penerbangan Jakarta – London.

70% Kontribusi Rute Penerbangan Garuda Domestik

Salah satu usulan dan rencana kementerian BUMN ialah ingin agar Garuda lebih fokus pada rute domestik. Biar gimanapun kontribusinya jauh lebih tinggi ketimbang internasional, sekitar 70%. Memang betul kalo main di domestik masih bisa lah bersaing daripada memaksakan rute internasional tapi nggak laku. Kaya penerbangan ke London itu.

Rute Penerbangan Garuda Domestik dan Codeshare Internasional

Garuda Indonesia sendiri tercatat sebagai anggota aliansi SkyTeam. Harusnya untuk penerbangan Internasional masih bisa memanfaatkan SkyTeam sebagai hub penerbangan domestik di Indonesia. Terutama via Bandara Soekarno Hatta (CGK) dan Ngurah Rai (DPS).

Selain SkyTeam bisa juga manfaatkan codeshare seperti dengan ANA dan JAL. Adapun rute internasional yang dioperasikan Garuda sendiri pilih dan maksimalkan yang memang udah ada market-nya.

Nggak kalah penting juga soal armada. Kerugian dan utang besar diakibatkan oleh armada Garuda yang sangat beragam. Ada Boeing, Airbus, Bombardier hingga ATR. Idealnya, Garuda cukup fokus hanya ke 1-2 tipe pesawat saja. Misalnya pesawat jet (Boeing/Airbus) dan propeller (ATR).

Terlalu banyak armada apalagi dengan leasing gila-gilaan jelas sangat merugikan. Implikasi dari itu lagi-lagi ke harga tiket. Dengan tiket kelewat mahal akan sangat sulit untuk bersaing dengan maskapai lain.

Kebijakan untuk mengembalikan hampir separuh armada ke Leasing saat ini dinilai sebagai keputusan tepat. Untuk mengurangi beban perusahaan. Apalagi yang nilai sewanya sangat tinggi namun ketika dioperasikan malah nggak mendatangkan keuntungan gegara tiketnya mahal.

Jangan Sampai Pailit Apalagi Bubar

Tentunya kita berharap Garuda Indonesia akan tetap mengudara ke depannya. Jangan sampe terjadi Pailit seperti Swissair. Lebih-lebih bubar kaya Japanese National Railway (JNR). Makanya selama masih bisa diupayakan, langkah penyelamatan seperti restrukturisasi hutang dan reorganisasi perusahaan perlu diambil. Agar kinerja Garuda bisa lebih efektif dan efisien.

Diversifikasi Bisnis Garuda Indonesia

Mengingat saat ini Pandemi Covid-19 masih belum mereda, mau nggak mau Garuda juga mesti melakukan diversifikasi bisnis. Kalo mau ikut jejak Thai Airways yang “jualan gorengan” atau AirAsia yang sempat jual makanan aqiqah itu bisa dilakukan oleh perusahaan.

Sebagai contoh menu makanan khas Garuda di pesawat bisa dijual ke masyarakat umum. Via Online misalnya. Ini juga meniru jejak XXI yang jualan makana khas bioskop ke luar bioskop.

Rute Penerbangan Garuda Domestik Dioptimalkan

Untuk bisnis utamanya, ada bagusnya Rute Penerbangan Garuda Domestik dioptimalkan. Adapun armadanya pilih yang efisien dari segi daya angkut dan bahan bakar. Rute gemuk kaya ke Medan, Surabaya, Denpasar dan Jogja idealnya menggunakan wide body kaya Boeing 777-300 ER atau Airbus A330-900 Neo. Selebihnya masih bisa gunakan Narrow Body.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *