Tragedi Garuda 152 terjadi ketika penerbangan tujuan Medan itu coba menembus kabut asap di fase pendaratan. Terjadi karena miskomunikasi antara pilot dan ATC, ditambah adanya kerusakan perangkat GPWS. Kecelakaan pesawat terbesar di Indonesia.
Pendahuluan
Wah udah lama nih ya nggak ngepost di segmen Heritage? Kangen ya sama postingan tentang sejarah? Sejak terakhir membahas tentang Zagreb Mid Air Collision sekitar 2 tahun lalu. Duh lama banget dong? Betul, secara halaman situs ini sendiri sempat vakum dan mengalami berbagai dinamika. Bahkan segmen heritage sempat dibuatkan halaman tersendiri.
InSyaaAlloh pembahasan kali ini jadi yang pertama di segmen Heritage. Khususnya setelah perubahan terakhir menjadi halaman website Mugen Manglayang Indonesia. Masih membahas tentang dark history, juga tragedi kecelakaan penerbangan sebagaimana pembahasan terakhir tanggal 10 September 2022.
Namun kali ini terjadinya di Indonesia. Tepat pada tanggal ini sekitar 24 tahun lalu. Lantas, apa yang terjadi 26 September 1997?
Kecelakaan Pesawat Garuda 1997 : Jum’at 26 September 1997
Pada hari Jum’at 26 September 1997 telah terjadi kecelakaan pesawat yang sangat fatal. Mengakibatkan seluruh penumpang dan kru nggak ada yang selamat. Kecelakaan Pesawat Garuda 1997 menimpa sebuah pesawat jenis Airbus A300 B4 milik maskapai nasional tersebut. Dengan nomor registrasi PK-GAI.
Saat itu Pesawat Garuda nomor penerbangan 152 sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Medan. Pada waktu bersamaan juga tengah terjadi kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang dampaknya hingga negara tetangga. Seperti apakah kronologisnya?
Tragedi Garuda 152 : Awalnya Berjalan Normal
Kecelakaan Pesawat Garuda 1997 menimpa sebuah pesawat dengan nomor penebangan 152. Karena itu disebut juga Tragedi Garuda 152. Pesawat Airbus A300 B4 registrasi PK-GAI itu merupakan penerbangan reguler dari Bandara Internasional Sukarno Hatta Tangerang Banten menuju Bandara Polonia Medan (sekarang Lanud Soewondo).
Pesawat berangkat jam 11.41 WIB dengan perkiraan tiba di tujuan pada jam 13.41 WIB. Penerbangan reguler ini memiliki waktu tempuh 2 jam. Saat take off dari Bandara Sukarno Hatta atau fase awal penerbangan semuanya berjalan lancar.
Tragedi Garuda 152 : Dua Pesawat Nomor Penerbangan Sama
Pada hari itu siapa sangka Garuda Indonesia bukan satu-satunya maskapai yang menggunakan nomor penerbangan 152. Ada maskapai lain yakni Merpati Nusantara Airlines yang juga memakai nomor tersebut.
Bahkan terbang di rute yang sama yakni Jakarta-Medan. Sama-sama take off dari Bandara Internasional Sukarno Hatta Tangerang Banten. Waktu itu adanya nomor penerbangan sama di rute sama bukan masalah. Namun siapa sangka justru inilah awal terjadinya miskomunikasi yang berujung petaka.
Tragedi Garuda 152 : Kabut Asap dan Miskomunikasi Berujung Maut
ATC Bandara Polonia Medan kebingungan untuk memberikan instruksi yang tepat pada kedua pesawat. Apalagi pada saat yang sama, langit Sumatera termasuk Medan dan sekitarnya tengah diselimuti kabut asap. Hal yang menyebabkan Pilot begitu mengandalkan panduan dari ATC karena jarak pandang sangat terbatas.
Dalam hal adanya nomor penerbangan sama di rute sama, ATC sempat memberikan instruksi yang salah. Instruksi yang harusnya untuk Garuda (callsign: Indonesia 152) malah menggunakan nama Merpati (callsign: Merpati 152). Inilah awal terjadinya miskomunikasi antara ATC dan pesawat.
Pada fase pendaratan yakni 11 menit sebelum tiba di Bandara Polonia Medan, terjadi miskomunikasi. Kabut asap tebal membuat ATC bingung untuk memberi instruksi belok kanan atau kiri. Akibat instruksi yang kurang jelas itu, pesawat akhirnya jatuh di daerah hutan di desa Buah Nabar, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Pesawat jatuh ketika sedang coba menembus kabut asap. Dengan coba mengikuti arahan ATC. Namun terjadi miskomunikasi yang berujung tragedi. Akibat kecelakaan tersebut, 234 penumpang dan kru tak ada yang selamat. Di antara korban tersebut termasuk 24 warga negara asing.
GPWS Tak Berfungsi
Berdasarkan penyelidikan, miskomunikasi antara ATC dan kru jadi penyebab Tragedi Garuda 152. Namun ada satu faktor lagi yang turut memberi kontribusi atas musibah tersebut. Perangkat Ground Proximity Warning System (GPWS) tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Perangkat tersebut bila berfungsi normal akan dengan cepat menberi info kepada kru bahwa pesawat tengah mendekati permukaan (terrain). Namun saat terjadinya musibah tak ada peringatan GPWS sehingga bagian sayap kiri pesawat menyenggol pohon lalu terpotong, kemudian jatuh dan meledak.
Kecelakaan Pesawat Terbesar di Indonesia
Dengan jatuhnya korban 234 penumpang dan tak satupun selamat, menjadikan musibah ini sebagai kecelakaan pesawat terbesar di Indonesia. Sebanyak 48 jenazah dalam kondisi tak bisa dikenali. Sehingga harus dimakamkan secara massal di Monumen Membramo. Sementara sisanya dibawa pulang oleh keluarga masing-masing.
Kesimpulan
Miskomunikasi jadi penyebab terjadinya tragedi Garuda 152 pada tanggal 26 September 1997. Dimana awal mula terjadinya hal tersebut karena ada dua penerbangan dengan nomor 152 di rute yang sama. Sehingga terjadi kesalahan instruksi kepada kru Garuda yang seharusnya Indonesia 152 malah Merpati 152.
Pekatnya kabut asap membuat kru sangat bergantung pada arahan ATC dalam fase pendaratan di Bandara Polonia Medan. Sekali lagi miskomunikasi terjadi karena kurang jelas antara belok kanan atau kiri. Kemudian pesawat jatuh dan hancur setelah sebelumnya menyenggol pohon. GPWS yang tak berfungsi sebagaimana mestinya turut berkontribusi.
Musibah ini memakan korban seluruh 234 penumpang dan krui tewas. Sebanyak 48 jenazah dalam kondisi tak bisa dikenali sehingga harus dimakamkan massal di Monumen Membramo. Ini menjadikannya Kecelakaan Pesawat terbesar di Indonesia.
Leave a Reply