tragedi pulau ramree kisah tragis tentara kekaisaran jepang

Tragedi Pulau Ramree: Kisah Tragis Tentara Kekaisaran Jepang

Kisah tragis memilukan menimpa tentara kekaisaran Jepang. Tragedi Pulau Ramree 19 Februari 1945, dimana tentara kekaisaran Jepang yang bersembunyi di rawa-rawa dari kejaran Inggris justru mendapat serangan mengejutkan. Diterkam buaya air asin. Dari 1000-an tentara hanya 20 yang berhasil selamat.

Akhir-akhir ini heboh pemberitaan buaya menyerang warga yang sedang beraktivitas di pinggir sungai. Salah satunya kejadian di Mamuju tengah. Seorang ibu rumah tangga yang sedang mandi dan mencuci pakaian tiba-tiba diserang sekelompok buaya dan diseret hingga ke tengah sungai Barakkang Mamuju Tengah Sulawesi Barat. Untuk kesekian kalinya ada warga yang tewas dimangsa buaya.

Kejadian orang dimangsa buaya memang bukan kali ini saja terjadi. Malah sudah sangat sering. Terutama mereka yang tinggal atau sedang menelusuri pinggir sungai dan rawa-rawa. Itulah yang berisiko jadi mangsa predator ini. Lebih dari itu kejadian serangan buaya pernah mewarnai babak akhir dari Perang Dunia ke-2 antara Kekaisaran Jepang melawan Sekutu di wilayah Asia Tenggara.

Sejak pertempuran Midway 4-7 Juni 1942 dan tewasnya Isoroku Yamamoto sang ahli strategi perang di tahun 1943, tentara kekaisaran Jepang seperti lupa akan kemenangan. Posisinya di Pasifik terus-terusan terdesak oleh Sekutu yang semakin kuat. Seperti tak punya lagi ahli strategi semumpuni Yamamoto. Wilayah kekuasaan di Pasifik seperti Saipan, Tinian dan Guam akhirnya jatuh ke tangan Sekutu.

Di Asia Tenggara meski masih terbilang kuat, gempuran sekutu atas kedudukan Kekaisaran Jepang semakin sering terjadi. Terutama di Burma (Myanmar), koloni Inggris yang berhasil dikuasai Jepang di awal Perang Dunia ke-2. Melihat posisi Kekaisaran Jepang yang sudah mulai terdesak, tentunya mesti dimanfaatkan oleh Sekutu dalam hal ini Inggris untuk mendapatkan kembali koloninya.

Bila Burma berhasil dikuasai kembali oleh Inggris praktis akan memperkuat posisi Sekutu di selatan. Secara Burma berbatasan dengan India, koloni Inggris lainnya, dan Tiongkok yang ketika itu ikut bergabung bersama sekutu. Nah salah satu wilayah di Burma yang coba direbut adalah Pulau Ramree (19 Februari 1945), sebuah pulau kecil di barat Burma. Pihak Inggris berencana membangun pangkalan udara di sana.

Namun tentunya Kekaisaran Jepang akan dengan segala cara berusaha menduduki pulau kecil itu. Pertempuran pun tak terelakkan lagi. Terdesak oleh Inggris, pihak Kekaisaran Jepang akhirnya mundur ke satu kawasan di Pulau Ramree yang belum pernah terjamah oleh manusia. Tujuannya tentu untuk menyusun kekuatan baru. Alih-alih menyerah kepada Inggris.

Skenario Mimpi Buruk Berujung Tragedi Pulau Ramree

Pulau Ramree disebut-sebut sebagai salah satu pulau paling berbahaya di bumi. Dimana pulau yang terletak di sebelah barat Burma ini punya penghuni rahasia. Bukan makhluk halus, tapi makhluk nyata, yakni sosok predator ganas buaya air asin. Di antara spesies buaya, ini adalah yang terbesar. Panjang 7 meter dengan berat 997 kg.

pulau ramree di myanmar terpencil dan banyak dihuni buaya

Selain buaya air asin yang dikenal sebagai pemangsa manusia. Pulau Ramree juga dihuni ular dan kalajengking berbisa, serta nyamuk-nyamuk malaria. Mereka siap memangsa siapapun yang bernyali mendatangi tempat tersebut. Namun di masa perang dunia ke-2 pulau ini dijaga satu garnisun Jepang.

Ketika Inggris hendak mengambil pulau tersebut, mereka menyuruh tentara kekaisaran Jepang menyerah. Namun bukannya menyerah tetapi bergerak mundur sambil mengadakan perlawanan. Seperti sudah pernah disebut sebelumnya, tak ada kata menyerah dalam kamus tentara kekaisaran Jepang. Mereka akhirnya mundur ke arah rawa-rawa di pulau itu.

skenario mimpi buruk

Namun sayang keputusan tersebut mungkin akan disesali dan salah besar. Merupakan skenario buruk karena rawa-rawa ini adalah hutan lebat tak tertembus, gelap bahkan di siang hari, hanya beberapa mil dari lumpur hitam dalam, penuh dengan ular, nyamuk, kalajengking dan serangga berbahaya lainnya. Bahkan dihuni juga oleh buaya air asin.

Tentara kekaisaran Jepang akhirnya berhasil mencapai tempat itu. Meski terus digempur tentara Inggris lewat serangan udara dan artileri. Disamping itu juga melakukan pengejaran melalui jalur darat. Malam harinya pengejaran dihentikan di dekat rawa-rawa tersebut. Maka mulailah peristiwa memilukan itu terjadi.

Seorang ahli hewan, Bruce Stanley Wright, ikut dalam operasi bersama tentara Inggris. Wright mulai mendengar jeritan kesakitan tentara kekaisaran Jepang. Makin lama suara jeritan makin banyak. Kemudian diikuti tembakan membabi buta.

“Malam itu (19 Februari) adalah kejadian paling mengerikan yang pernah dialami beberapa awak ML (motor launch). Tembakan senapan tersebar di rawa hitam yang ditimpali oleh jeritan orang-orang yang hancur terluka di rahang reptil-reptil besar. Saat fajar, burung-burung pemakan bangkai tiba untuk membersihkan apa yang ditinggalkan oleh buaya-buaya. Sekitar seribu tentara Jepang yang memasuki rawa-rawa Ramree, hanya sekira 20 yang ditemukan hidup,” tulis Wright.

Masuk The Guinness Book Of Record

Meskipun ada kontroversi tentang serangan buaya air asin terhadap tentara kekaisaran Jepang di Pulau Ramree Burma. Satu garnisun Tentara Kekaisaran Jepang yang menjaga pulau paling berbahaya itu dimangsa buaya muara yang menghuni rawa hutan mangrove. Dari sekira 1000 personel hanya 20 orang yang selama.

“.. Dari 1.000 tentara Jepang yang memasuki rawa-rawa Ramree, hanya sekitar 20 yang ditemukan dalam kondisi bernyawa.” Bruce Stanley Wright.

Tragedi Pulau Ramree masuk dalam catatan The Guinness Book Of Record sebagai jumlah korban terbesar akibat serangan buaya air asin (buaya muara). Meski ada versi lain yang menyebut 400 tentara kekaisaran Jepang berhasil lolos. Ada pula sejarawan yang meragukan kejadian itu. Tragedi ini menambah catatan kelam kekalahan Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia ke-2 melawan Sekutu.

Namun seperti biasa tak ada kata menyerah dalam kamus. Perlawanan tetap berlangsung. Pihak sekutu akhirnya melakukan serangan Bom Atom di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Bom Atom di Nagasaki (9 Agustus 1945). Untuk memaksa Kekaisaran Jepang menyerah tanpa syarat.

tragedi pulau ramree masuk guiness book of record

Referensi:



Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *