tragedi tampomas ii menjemput maut di masalembo

Tragedi Tampomas 2 Menjemput Maut di Masalembo

Tragedi Tampomas 2, sebuah kapal bekas milik PT Pelni sedang dalam pelayaran dari Jakarta ke Makassar terbakar dan tenggelam di Perairan Masalembo yang masih masuk Laut Jawa. Kecelakaan terburuk dalam sejarah maritim Indonesia. Tercatat 666 korban meninggal dunia (bahkan mungkin lebih dari itu jika dihitung penumpang gelap). Dari awal dibeli dan dinas udah bermasalah, jadi seolah kapal ini menjemput maut.

Di dekade 1980-an kapal laut masih jadi moda transportasi utama untuk traveling antar pulau. Mengingat di zaman itu nggak semua orang punya kemampuan untuk membeli tiket pesawat. Dulu cuma mereka yang berduit bisa terbang dari satu kota ke kota lain, dari satu pulau ke pulau lain.

Maskapai yang melayani juga terbatas Garuda Indonesia, dan Merpati Nusantara Airlines untuk rute-rute feeder dan perintis. Meski ada maskapai lain bermunculan seperti Bouraq, Mandala dan Sempati Air. Itu juga operasional masih terbatas. Nggak lebih dari carter yang tentunya harus ngeluarin ongkos lebih lagi untuk bisa menggunakan jasanya.

Maka dari itu kebanyakan masyarakat lebih memilih menggunakan Kapal Laut sebagai sarana transportasi utama. Sebagian besar dioperasikan oleh PT. Pelni, dan beberapa operator swasta seperti Jakarta Loyd dan semisalnya. Namun tetap aja Pelni yang jadi pemain utama. Rute-rute favorit pelayaran antar pulau di masa itu Jakarta-Padang dan Jakarta-Makasar. Walaupun Jakarta-Surabaya juga lumayan meski masih satu pulau ada aja yang naik kapal.

Tragedi Tampomas 2, Kapal Bekas Digeber Rute Padat

Tau rute padat dan menghasilkan tentunya jadi pangsa pasar bagus buat operator. Karenanya PT. Pelni coba mendatangkan sebuah kapal baru untuk dioperasikan di sana. PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) membeli kapal jenis RoRo (Roll On Roll Off). tipe Screw Steamer berukuran 6139 GRT (Gross Registered Tonnage) dan berbobot mati 2.419.690 DWT (Dead-Weight Tonnage). Kapasitas angkut 1250 – 1500 penumpang.

Sejatinya ini bukanlah kapal baru, melainkan sebuah kapal bekas bernama MV Great Emerald produksi Mitsubishi Heavy Industries Shimonoseki Jepang tahun 1956. Kapal ini telah diretrofit di Taiwan tahun 1971 untuk menambah kecepatan hingga bisa menempuh 19,5 knot (maksimum). Panjang 125,6 meter dan lebar 22 meter.

Harga kapal USD 8,3 juta dan PT. Pelni membayar secara cicilan selama 10 tahun ke PT. PANN. Cuma masalahnya harga segitu jelas kemahalan untuk sebuah kapal bekas berusia 25 tahun. Bahkan Jepang sendiri udah menyatakan kapal itu afkir. Padahal unit yang sama pernah ditawarkan ke operator swasta lain USD 3,6 juta saja.

Begitu dibeli Kapal “Rongsokan” ini langsung digeber di rute padat Jakarta-Padang dan Jakarta-Makassar. Udah itu cuma dikasih istirahat selama 4 hari saja. Perbaikan dan perawatan rutin terhadap mesin dan perlengkapan kapal pun cuma seadanya, padahal mengingat usianya yang uzur, harusnya kapal ini perlu mendapat perawatan yang jauh lebih cermat.

Pelayaran perdana KM Tampomas II tanggal 2 – 13 Juni 1980 mengambil rute Padang-Jakarta-Makassar. Membawa serta sejumlah wartawan dan anggota DPR. Di sini mereka menyaksikan sendiri dan turut pula mempertanyakan perihal mesin yang sering mengalami kerusakan selama perjalanan.

Ahmad Subagyo dari F-PDIP menyaksikan berbagai kejanggalan selama pelayaran seperti kapal berputar-putar dalam radius yang sama dikarenakan rusaknya salah satu knop otomatis pengatur mesin kapal. Ditambah lagi acara show dibatalkan gegara listrik mati dalam waktu yang lama. Menurut seorang wartawan, 6 kali mesin rusak selama pelayaran.

24-27 Januari 1981, Menjemput Maut di Masalembo

Sabtu, 24 Januari 1981 jam 19.00 WIB KM Tampomas 2 berangkat dari Dermaga Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara menuju Makassar. Rencananya perjalanan akan memakan waktu 2 hari 2 malam dimana perkiraan tiba di Makasar hari Senin, 26 Januari 1981 jam 10.00 WIB. Perjalanan tersebut dipimpin oleh Captain Abdul Rivai, kelahiran Bengkulu 23 Agustus 1936.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, KM Tampomas 2 merupakan kapal baru yang boleh dibilang cukup handal. Walaupun sejatinya nggak lebih dari kapal rongsokan yang bahkan udah dinyatakan afkir oleh negara pembuatnya yakni Jepang. Waktu dibeli kapal ini udah berusia 25 tahun. Pelayaran perdananya aja udah bermasalah. Dimana anggota DPR dan sejumlah wartawan menyaksikan sendiri masalah demi masalah terjadi pada saat itu.

Nama Tampomas diambil dari sebuah Gunung di Kabupaten Sumedang, pernah digunakan untuk Kapal Haji di tahun 1960-an dibawah operator PT Arafah yang khusus melayani perjalanan haji menggunakan kapal laut. Cuma bedanya yang dipake buat Haji ke Saudi itu KM Tampomas 1. Sementara yang ini KM Tampomas 2 walaupun dari segi usia bisa jadi cuma terpaut sedikit. Awalnya bernama MV Great Emerald buatan Jepang tahun 1956.

Dalam perjalanan malam minggu tersebut, KM Tampomas 2 diperkirakan mengangkut 1.442 penumpang dan kru, 191 mobil, dan 200 sepeda motor, termasuk mesin giling Sakai. Jumlah penumpang yang tercatat di manifes sebanyak 1.054. Itu artinya ada sekitar 300an penumpang gelap. Kapal juga mengangkut sekitar 82 kru termasuk nahkoda Capt. Abdul Rivai.

Kapal ini harusnya berangkat hari Jum’at, 23 Januari 1981. Tapi gegara kerusakan mesin jadi aja molor sehari. Perjalanan di malam minggu nggak ada apa-apa. Langit juga cerah cuma harus diakui ombak di Bulan Januari biasanya lebih tinggi dibanding bulan lainnya. Dimana ketinggian ombak 7-10 meter ditambah angin 15 knot sangat wajar terjadi.

Di dalam kapal rencananya akan ada show di bar dengan penyanyi Ida Farida dari band kapal. Tapi berbagai keanehan terjadi misalnya dinyanyikan lagu “Salam Perpisahan” oleh Ferry yang keberadaannya lantas nggak diketahui.

Bener aja, keesokan harinya tanggal 25 Januari 1981, KM Tampomas 2 akhirnya mulai menjemput maut di Perairan Masalembo di sebelah utara Pulau Kangean Jawa Timur. Masih sekitar 220 mil dari Pelabuhan Makassar. Diawali gejala aneh dengan kemunculan asap di bagian mesin. Dalam kondisi badai laut yang hebat, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok dari ventilasi menyebabkan percikan api.

Kru mesin mencoba memadamkan api dengan alat pemadam portable namun gagal. Api dengan cepat menyebar keluar kompartemen karena pintu terbuka. Usaha pemadaman mengalami jalan buntu saat air untuk memadamkan api tak bisa disemprotkan gegara generator mati. Api makin berkobar ke luar ruang mesin, bahkan sampai ke car deck. Membakar habis semua kendaraan yang berisi bahan bakar.

Setelah api makin sulit dikendalikan, Kapten kapal memutuskan untuk mengandaskan kapal ke pulau terdekat. Namun lagi-lagi gagal karena baling-baling nggak berputar. Matinya listrik membuat komunikasi radio untuk mengirim pesan darurat ke kapal lain atau syahbandar pelabuhan jadi terputus. Otomatis nggak bisa meminta pertolongan via radio. Isyarat flare pun nggak menyala.

Tragedi Tampomas 2, Tenggelam di Perairan Masalembo (Laut Jawa)

Panasnya api membuat beberapa penumpang terjun dan yang beruntung turun ke dalam sekoci. Evakuasi penumpang berjalan kacau. Tak ada tanda arah jalan keluar yang jelas di dalam kapal. Bahkan, ada awak kapal yang menurunkan sekoci untuk dirinya sendiri.

Tampomas II makin berada dalam bahaya. Munculnya matahari pada 26 Januari 1981 yang menerangi lautan di sekitar dan kobaran api yang terlihat dari kejauhan pun jadi isyarat bagi kapal yang melihatnya. Tampomas II butuh tindakan penyelamatan. Datangnya hujan deras pagi itu, membuat kapal makin dipenuhi air.

Beberapa kapal mulai mendekat ke KM Tampomas 2 seperti KM Sangihe yang dipimpin kapten Agus K. Sumirat. Menyusul kapal-kapal lain seperti KM Ilmaui yang tiba di lokasi jam 21.00, kapal tangker Istana VI dan kapal-kapal lain, yaitu kapal Adhiguna Karunia dan KM Sengata milik PT. Porodisa Lines.

Keesokan harinya, 27 Januari 1981 ruang mesin KM Tampomas 2 meledak membuatnya semakin dibanjiri air laut. Termasuk ruang Generator dan ruang Propeller. Kapal miring 45 derajat. Akhirnya tepat jam 12.45 WIB (13.45 WITA), KM Tampomas tenggelam di Perairan Masalembo, yakni di laut Jawa sebelah utara. Tercatat 666 korban meninggal dunia dalam Tragedi Tampomas 2, termasuk Kapten Abdul Rivai.

Tragedi Tampomas 2 menjadi kecelakaan laut terburuk dalam sejarah maritim Indonesia. Korban sejumlah 666 orang itu yang tercatat dalam manifes. Itu disebut belum termasuk penumpang gelap. Karena dalam pelayaran tersebut yang tercatat 1.054 penumpang sedangkan kapal diperkirakan mengangkut 1.442 penumpang.

Selain jumlah korban yang besar, insiden ini disorot karena banyak terjadi kejanggalan. Misalnya kondisi kapal yang udah tua bahkan dinyatakan afkir ketika dibeli. Belum lagi ada indikasi korupsi dimana transaksi sebesar USD 8,3 juta itu dianggap terlalu besar. Sedangkan unit pernah ditawarkan ke operator swasta hanya USD 3,6 juta saja. Disinilah ada dugaan terjadi mark-up. Karenanya dikritisi “beli lewat jalur culas”.


Referensi

37 Tahun Sudah, KMP Tampomas II Beristirahat di Dasar Laut Jawa. Kumparan.Com. https://kumparan.com/sudahtahubelum/37-tahun-sudah-kmp-tampomas-2-beristirahat-di-dasar-laut-jawa/full

Hari Ini, 38 Tahun Lalu Neraka 30 Jam Sebelum Tampomas II Tenggelam. Tagar.ID. https://www.tagar.id/hari-ini-38-tahun-lalu-neraka-30-jam-sebelum-kapal-tampomas-ii-tenggelam

Hari ini dalam Sejarah: Tenggelamnya KM Tampomas II. Kompas.Com. https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/27/080057265/hari-ini-dalam-sejarah-tenggelamnya-kapal-tampomas-ii?page=all

Masih Ingat Tragedi Tampomas II? Ini Kisahnya. Historiana JPNN.Com. https://www.jpnn.com/news/masih-ingat-tragedi-tampomas-ii-ini-kisahnya

Tenggelamnya Tampomas, Kapal Bekas yang Dibeli Lewat Jalur Culas. Tirto.ID. https://tirto.id/tenggelamnya-tampomas-kapal-bekas-yang-dibeli-lewat-jalur-culas-cefH

TOP FILES: Kisah Mengerikan! Tragedi Neraka Kapal Tampomas II di Laut Jawa. Okezone.Com. https://nasional.okezone.com/read/2017/02/03/337/1608800/top-files-kisah-mengerikan-tragedi-neraka-kapal-tampomas-ii-di-laut-jawa



Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *