Salah satu destinasi wisata sejarah di Surabaya adalah Wisata Kampung Peneleh. Sekilas terlihat seperti perkampungan pada umumnya. Namun siapa sangka justru punya sejarah panjang. Lebih dari itu ide kemerdekaan Indonesia berawal dari sini.
Pendahuluan
Sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, Surabaya juga memiliki sejumlah destinasi wisata. Secara geografis sangat dekat dengan laut. Berbeda dengan Malang yang lebih dominan topografi pegunungan. Karena itu di Surabaya nggak terlalu banyak wisata alam, terlebih pegunungan.
Walaupun begitu bagi para pecinta sejarah, boleh jadi Surabaya merupakan destinasi yang tepat. Di sini banyak sekali destinasi wisata sejarah. Satu diantaranya merupakan sebuah perkampungan yang memiliki arti penting dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Kampung ini terletak di sisi timur Sungai Kalimas, salah satu aliran Sungai Brantas. Sekilas nampak seperti kampung biasa. Namun siapa sangka punya sejarah yang begitu panjang. Lebih dari itu punya arti penting dalam sejarah Indonesia. Kampung apakah yang dimaksud?
Wisata Kampung Peneleh : Telah Ada Sejak Abad ke-13
Namanya Kampung Peneleh. Saat ini sekilas memang terlihat biasa saja. Namun siapa sangka, kampung ini malah punya sejarah panjang. Telah ada sejak abad ke-13. Sebelum terjadinya invasi tentara Mongol. Di sini terdapat pemakaman bangsa eropa yang dulu pernah bermukim di Surabaya. Makam ini mulai dibuka tahun 1847 hingga 1947 dengan nama Makam Peneleh.
Wisata Kampung Peneleh : Di Sinilah Bung Karno Lahir
Ada satu hal yang menbuat kampung ini begitu istimewa. Di sinilah presiden pertama kita, Ir. Sukarno (Bung Karno) lahir. Pada tanggal 6 Juni 1901 di sebuah rumah kontrakan sederhana Jalan Pandean Gang IV, 200 meter dari ujung gang. Pada waktu itu Peneleh merupakan sebuah perkampungan yang padat.
Kondisi rumah kelahiran beliau tentu berbeda dengan sekarang. Dimana rumah tersebut telah dipugar dan terlihat lebih modern. Padahal dulunya merupakan rumah kontrakan yang sangat sederhana.
Wisata Kampung Peneleh : Rumah HOS Tjokroaminoto dan Ide Kemerdekaan Indonesia
Selain rumah kelahiran Bung Karno, Kampung Peneleh juga merupakan tempat tinggal HOS Tjokroaminoto. Seorang tokoh pergerakan Nasional dan pendiri organisasi Sarekat Islam (SI). Ternyata ini bukan sekedar tempat tinggal beliau dan keluarga.
Diketahui rumah ini juga menjadi indekos bagi sejumlah tokoh Nasional. Termasuk Bung Karno sendiri pernah mondok di rumah ini. Bahkan sampai menikahi salah satu puteri HOS Tjokroaminoto yang bernama Oetari.
Di rumah inilah ide tentang kemerdekaan Indonesia berawal. Atas dasar itulah Kampung Peneleh memiliki arti penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Terutama dalam mencapai cita-cita kemerdekaan yang akhirnya terwujud di tanggal 17 Agustus 1945.
Jembatan Peneleh : Kisah Cinta dan Saksi Pertempuran Surabaya 1945
Selain dua rumah tadi, Wisata Kampung Peneleh juga ada sebuah jembatan yang menghubungkan kampung ini dengan Alun Alun Contong di sisi barat. Namanya Jembatan Peneleh. Dibangun pada tahun 1890-an dan merupakan jembatan legendaris kedua yang ada di Surabaya.
Jembatan Peneleh identik dengan kisah cinta antara Bung Karno dengan Oetari. Selain itu menjadi saksi pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945. Ketika para pejuang menghadang konvoi tentara Sekutu yang waktu itu sedang gencar membombardir Surabaya dari segala arah.
Cara ke Kampung Peneleh
Wisata Kampung Peneleh bisa diakses dengan transportasi umum Suroboyo Bus dan Feedernya. Naik Bus Nomor R2 atau Feeder FD7B turun di Halte Alun Alun Contong. Lokasi Kampung sebetulnya juga nggak terlalu jauh dari kawasan Jalan Tunjungan. Ini petanya:
Kesimpulan
Wisaya Kampung Peneleh adalah salah satu destinasi wisata di Surabaya. Sebuah kampung yang telah ada sejak abad ke-13. Di sini tempat lahir Bung Karno dan rumah tinggal HOS Tjokroaminoto.
Sejumlah tokoh nasional termasuk Bung Karno sendiri pernah mondok di rumah tersebut. Bahkan ide kemerdekaan Indonesia berawal dari sini. Selain dua rumah itu, ada jembatan Peneleh yang dibangun 1890-an. Merupakan saksi kisah cinta antara Bung Karno dengan Oetari. Jembatan ini juga saksi pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945.
Leave a Reply